Pages

Kelebihan Umat Muhammad S.A.W

Kelebihan Umat Muhammad S.A.W

Abu Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dan muqatil bin sulaiman berkata:
Nabi Musa a.s bermunujat: ya Rabbi, aku mendapatkan dalam alwaah , ada suatu umat yang dapat memberi syafaat dan akan diterima syafaat mereka. Jadikanlah mereka umatku?
Jawab ALLAH : Mereka umat Muhammad S.a.w

Ya Rabbi, aku dapatkan juga umat yang tebusan dosa mereka cukup dengan sembahyang lima waktu, jadikanlah mereka umatku.
Jawab ALLAH : Mereka umat Muhammad S.a.w

Ya Rabbi, aku dapatkan juga ada umat yang akan membasmi kesesatan sehingga mereka akan membunuh Dajjal yang bermata sebelah, jadikanlah mereka umatku.
 Dijawab : Mereka umat Muhammad S.a.w

Ya Rabbi, juga aku dapatkan ada umat yang kesucian mereka dengan air dan tanah. Jadikanlah mereka umatku.
 Dijawab : Mereka umat Muhammad S.a.w


Ya Rabbi, juga aku dapatkan ada umat yang boleh menerima sedekah dan memakannya, padahal umat-umat yang dahulu harus dibakar dengan api. Jadikan mereka umatku.
 Dijawab : Mereka Umat Muhammad S.a.w


Ya Rabbi, juga aku dapatkan ada umat yang bila seorang niat akan berbuat kebaikan dan tidak jadi berbuat dicatat hasanah (kebaikan), lalu bila dikerjakan ditulis sepuluh hasanah, dan dapat dilipat gandakan hingga tujuh ratus lebih, dan bila niat kejahatan tidak ditulis, dan jika dikerjakan kejahatan itu ditulis hanya satu. Jadikanlah mereka umatku.
 Dijawab : Mereka umat Muhammad S.a.w


Ya Rabbi, juga aku dapatkan ada umat yang tujuh puluh ribu orang dan mereka masuk syurga tanpa hisab. Jadikanlah mereka umatku.
 Dijawab : Mereka umat Muhammad S.a.w

Mamar meriwayatkan dari qatadah sama seperti ini tetapi dengan tambahan:

Ya Rabbi, aku juga mengetahui akan suatu umat yang mereka merupakan sebaik-baik umat kerena mereka melakukan amar makruf dan nahi munkar, jadikanlah mereka umatku.
Dijawab : Mereka umat Muhammad S.a.w

Ya Rabbi, juga aku dapatkan ada umat yang terakhir masanya, tetapi terdahulu di hari kiamat, jadikan mereka umatku.
Dijawab : Mereka umat Muhammad S.a.w

Ya Rabbi, juga aku dapatkan ada umat yang kitab Allah itu di dalam dada mereka (Hafal) tetapi mereka membacanya sambil melihat, jadikanlah mereka umatku.
Dijawab : Mereka umat Muhammad S.a.w

Sehingga Nabi Musa a.s ingin menjadi umat Muhammad S.a.w. Lalu Allah menurunkan wahyu kepadanya: Ya Musa, Aku telah memilih engkau dan semua manusia untuk menerima risalah-Ku dan firman-Ku maka terimalah apa yang Aku berikan kepadamu, dan jadilah dari golongan orang-orang.
(Dan dari kaum Musa ada orang-orang yang umat kejalan yang haq, dan dengan haq itu mereka berlaku adil). Maka Nabi Musa a.s berpuas hati dengan jawapan Tuhan ini serta redha

(sumber 444 peringatan untuk umat Muhammad S.A.W.)

melainkan apa yang disukai oleh hawa nafsunya


Dosa Boleh Halang Cahaya Ilmu

Banyak melakukan dosa membuatkan hati seseorang itu rosak kerana bercampur antara baik dan buruk. Maka jadilah hati seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud:

"(Hati yang) tidak lagi menganggap baik perkara yang baik dan tidak menganggap buruk perkara yang buruk, melainkan apa yang disukai oleh hawa nafsunya".

Orang yang banyak melakukan dosa semakin renggang hubungannya dengan Allah dan orang mukmin lain. Ini kerana apabila seseorang itu patuh kepada perintah Allah, ia dekat kepadaNya.

Orang yang sentiasa melakukan dosa selalu memandang perbuatan dosa itu sebagai perkara kecil. Dalam hal ini, Ibnu Masud berkata:

"Sesungguhnya seorang mukmin itu melihat dosanya seperti sebuah bukit yang dibimbangi akan menimpanya. Manakala, seorang yang selalu melakukan dosa akan memandang dosa itu seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya".

Dosa yang dilakukan itu akan membawa kehinaan, manakala ketaatan pula dapat melahirkan kemuliaan kepada pelakunya. Dalam hal ini Allah berfirman yang maksudnya:

"Sesiapa inginkan kemuliaan, maka sesungguhnya segala kemuliaan itu kepunyaan Allah jua".

Orang yang melakukan dosa berasa sempit dadanya, manakala mereka yang taat lapang dadanya. Allah berfirman yang bermaksud:

"Maka sesiapa yang Allah hendak beri hidayat nescaya Allah memberi kelapangan dadanya untuk menerima (ajaran) Islam. Sesiapa yang Allah hendak menyesatkan nescaya Allah sempitkan dadanya dan dalam kesukaran seolah-olah ia memanjat langit (kerana tidak cukup oksigen)".

Dosa boleh menggelapkan hati sebagaimana amalan kebajikan itu boleh menyinarinya.

Ibnu Abbas berkata: "Sesungguhnya kebajikan itu memberi cahaya kepada hati, kemurahan rezeki, kekuatan jasad dan disayangi oleh makhluk yang lain. Manakala kejahatan pula boleh menggelapkan rupa, menggelapkan hati, melemahkan tubuh, sempit rezeki dan makhluk lain mengutuknya".

Dosa boleh menghalang seseorang itu daripada mendapat cahaya ilmu. Satu ketika, Imam Malik terpegun melihat Imam Syafie (masih remaja ketika itu) kerana kepandaian dan kecerdikannya, lantas beliau berkata:

"Sesungguhnya aku melihat Allah mencampakkan ke dalam hati kamu cahaya, maka jangan kamu padamkan cahaya iu dengan kegelapan maksiat".

Dosa boleh menyebabkan seseorang itu malas untuk membuat ketaatan. Seseorang pernah berkata kepada Ibnu Masud: "Kami tidak mampu untuk bangun malam (untuk beribadat)". Jawab Ibnu Masud: "Dosa kamu menjauhkan kamu (daripada ibadat di waktu malam)".

Oleh yang demikian, hampirilah kebajikan yang akan memberi cahaya kepada hati dan jauhilah kejahatan yang boleh menggelapkan hati seterusnya menghalang cahaya ilmu.

(Dipetik dari buku Bimbingan Semasa oleh Mohd Fauzi Mustaffa Al-Besuty.)

Dari Amirul Mu`minin

Ikhlas niat


Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
Sesungguhnya setiap  perbuatan bergantung pada niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkannya. Siapa yang hijrahnya kerana (ingin mendapatkan keredhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keredhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya kerana dunia yang dikehendakinya atau karana wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .


 
Catatan :
Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahawa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
Hadits ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).

Pelajaran yang terdapat dalam Hadits / الفوائد من الحديث :
Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).

Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.

Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shalih dan ibadah.

Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.

Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
Yang membezakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.

Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati,
dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

kelembutan akan nampak indah


BERKASIH SAYANG DAN LEMAH LEMBUT


Oleh
Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr



RIFQON AHLASSUNNAH BI AHLISSUNNAH [Menyikapi Fenomena TAHDZIR & HAJR]


Allah menjelaskan bahwa Nabi-Nya, Muhammad, sebagai orang yang memiliki akhlak yang agung. Allah Ta’ala berfirman.

“Artinya : Sungguh, kamu mempunyai akhlak yang agung” [Al-Qalam : 4]

Allah juga menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang ramah dan lemah lembut. Allah Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu” [Ali Imran : 159]

Allah juga menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang penyayang dan memiliki rasa belas kasih terhadap orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman.

“Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, yang berat memikirkan penderitaanmu, sangat menginginkan kamu (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min” [At-Taubah : 128]

Rasulullah memerintahkan dan menganjurkan kita agar senantiasa berlaku lemah lembut. Beliau bersabda.

“Artinya : Mudahkanlah dan jangan kamu menyulitkan, berilah khabar gembira dan janganlah kamu membuat orang lari”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734 dari Anas bin Malik. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 1732 dari Abu Musa dengan lafaz.

“Artinya : Berilah khabar gembira dan jangan kamu membuat orang lari. Mudahkanlah dan janganlah kamu menyulitkan”.

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no.220 meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya pada kisah tentang seorang Arab Badui yang kencing di masjid.

“Artinya : Biarkanlah dia ! Tuangkanlah saja setimba atau seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit”

Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah hadits no.6927 bahwa Rasulullah bersabda.

“Artinya : Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai kelembutan di dalam semua urusan”

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 2593 dengan lafaz.

“Artinya : Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya”

Muslim meriwayatkan hadits dalam kitab Shahihnya no.2594 dari Aisyah, Nabi bersabda.

“Artinya : Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”

Muslim juga meriwayatkan hadits no. 2592 dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi bersabda.

“Artinya : Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan”.

Allah pernah memerintahkan dua orang nabiNya yang mulia yaitu Musa dan Harun untuk mendakwahi Fir’aun dengan lembut. Allah Ta’ala berfirman.

“Artinya : Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia telah berbuat melampui batas. Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia mahu ingat atau takut” [Thaha : 43-44]

Allah juga menjelaskan bahawa para sahabat yang mulia sentiasa saling bekasih sayang. Allah Ta’ala berfirman.

“Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah. Orang-orang yang selalu bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” [Al-Fath : 29]


[Disalin dari buku Rifqon Ahlassunnah Bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, Penulis Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al’Abbad Al-Badr hal 17-21, Terbitan Titian Hidayah Ilahi]

ANTARA CARA MENGHAFAL AL-QUR’AN

DIANTARA CARA MENGHAFAL AL-QUR’AN ADALAH MENGULANG-ULANG DAN MENJAGANYA


Oleh
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta



Pertanyaan.

Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Bagaimana cara menjaga hafalan Al-Qur’an saya ?

Jawapan.



Segala puji bagi Allah semata-mata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya berserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du.

Di antara cara menghafal Al-Qur’an adalah selalu mengulang-ulang dan menjaganya, juga bersungguh-sungguh, ikhlas, berkeinginan keras untuk menghafalnya, memahaminya dan men-tadabburi-nya serta ber-tadharru’ (memelas) dan memohon taufiq (kemudahan) untuk hal itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berhati-hatilah dari perbuatan maksiat serta bertaubatlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari dosa-dosa maksiat yang pernah dilakukan.

Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.


[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 18-19 Darul Haq]

SUNNAH RASULULLAH SAW KETIKA MEMAKAI KASUT

Sunnah rasulullah ketika memakai kasut..

Rasulullah saw berkata:
"apabila kamu memakai kasut, mulakan dengan kaki kanan dan apabila kamu menanggalkannya hendaklah memulakannya dengan kaki kiri dan hendaklah kamu memakai semuanya (kedua-dua belah) atau menanggalkannya semuanya.

sunnah ini sentiasa berulang dalam kehidupan seharian seorang muslim. setiap kali ingin keluar kita akan memakai dan menanggalakan kasut contohnya ketika pergi ke masjid, masuk dan keluar bilik air, keluar bekerja, pulang dari kerja dan sebagainya.

Alangkah baiknya jika kita mengamalkan sunnah ini yang sentiasa berulang dalam kehidupan kita yang sudah tentu dapat menambahkan ganjaran pahala, dan segala gerak geri serta tingkah laku kita berada dalam keadaan mengamalkan sunnah rasulullah saw.. oleh itu cara terbaik untuk memperoleh pahala dalam amalan-amalan itu kita hendaklah niatkannya kerana ingin mengikuti sunnah Rasulullah saw.

sumber:buku pts, amalan 24 jam dalam kehidupan
rasulullah saw

Mereka temui islam dalam sains




                   Pengerusi jabatan anatomi, Universeti Chiangmai, chiang-mai Thailand, dia juga bekas Dekan Fakulti Perubatan Universiti tersebut. Semasa menyertai persidangan perubatan Saudi kali kelapan, di Riyadh, arab Saudi pada 1983, prof,.tagata membuat pengumuman ini....
         
“Saya mula berminat dengan Al-Quran sejak tiga tahun lepas. Berdasarkan kajian saya dan daripada persidangan ini, saya percaya bahawa setiap apa yang dicatat di dalam Al-Quran 1400 tahun dahulu, pasti sesuatu yang benar, dan ia boleh dibuktikan melalui ujian-ujian saintifik.
“Oleh kerana Muhammad itu tidak tahu membaca dan menulis, saya tidak ragu –ragu untuk menyatakan Muhammad tentulah seorang utusan yang ditugasakan untuk menyampaikan  kebenaran, yang telah disampaikan kepadanya sebagai sesuatu bentuk penganjaran, dari sesuatu Pencipta Yang Maha Agung. Pencipta itu pastilah tuhan.    
“Oleh kerana itu, saya rasa inilah masa yang paling sesuai unutk saya mengucap Laa Ilaha Illa Allah, tiada tuhan yang layak disembah melainkan Allah, dan Muhammad itu Rasululllah.
“akhir sekali,  saya mengucapkan taniah di atas segala persiapan yang dibuat sehingga membolehkan persidang berlangsung dengan begitu baik dan cemerlang....saya telah memperolehi sesuatu yang bukan sahaja dari sudut pandangan saintifik dan juga agama, tetapi juga peluang yang sangat  menajubkan kerana dapat bersama  saintis-saintis terkenal dan hebat serta dapat berkenalan dengan ramai kawan-kawan baru dikalangan peserta persidangan. Bagaimanapun , perkara paling berharga yang saya perolehi dari persidangan ini ialah La Ilahal Illah Illah , Muhammad Rasulullah, dan saya menjadi muslim .

-Majalah al-islam-

Life After Death

Life After Death

How Do Muslims View Death?
 
Muslims believe that the present life is a trial in preparation for the next realm of existence. When a Muslim dies, he or she is washed and wrapped in a clean, white cloth (usually by a family member) and buried after a special prayer, preferably the same day. Muslims consider this a final service that they can do for their relatives and an opportunity to remember that their own existence here on earth is brief.
 
The question of whether there is life after death does not fall under the jurisdiction of science, as science is concerned only with classification and analysis of sense data. Moreover, man has been busy with scientific inquiries and research, in the modern sense of the term, only for the last few centuries, while he has been familiar with the concept of life after death since time immemorial.
 

All the Prophets of God called their people to worship God and to believe in life after death. They laid so much emphasis on the belief in life after death that even a slight doubt in it meant denying God and made all other beliefs meaningless.
 
 
The very fact that all the Prophets of God have dealt with this metaphysical question of life after death so confidently and so uniformly - the gap between their ages in some cases, being thousands of years - goes to prove that the source of their knowledge of life after death as proclaimed by them all, was the same, i.e. Divine revelation.
 
 
We also know that these Prophets of God were greatly opposed by their people, mainly on the issue of life after death, as their people thought it impossible. But in spite of opposition, the Prophets won many sincere followers.
 
 
The question arises: what made those followers forsake the established beliefs, traditions and customs of their forefathers, notwithstanding the risk of being totally alienated from their own community? The simple answer is: they made use of their faculties of mind and heart and realized the truth.
 
 
Did they realize the truth through perceptual consciousness? They couldn’t, as perceptual experience of life after death is impossible. God has given man besides perceptual consciousness, rational, aesthetic and moral consciousness too. It is this consciousness that guides man regarding realities that cannot be verified through sensory data. That is why all the Prophets of God while calling people to believe in God and life after death, appeal to the aesthetic, moral and rational consciousness of man.
 
 
For example, when the idolaters of Makkah denied even the possibility of life after death, the Quran exposed the weakness of their stand by advancing very logical and rational arguments in support of it:
 
 
 And he (i.e. man) presents for Us an example (i.e. attempting to establish the finality of death) and forgets his [own] creation. He says, “Who will give life to bones while they are disintegrated?” Say, “He will give them life who produced them the first time; and He is, of all creation, Knowing.” [It is] He who made for you from the green tree, fire, and then from it you ignite. Is not He who created the heavens and the earth Able to create the likes of them? Yes, [it is so]; and He is the Knowing Creator.  (Quran, 36:78-81)
 
 
On another occasion, the Quran very clearly says that the disbelievers have no sound basis for their denial of life after death. It is based on pure conjecture:
 
 
 And they say, “There is not but our worldly life; we die and live (i.e. some people die and others live, replacing them) and nothing destroys us except time.” And they have of that no knowledge; they are only assuming. And when Our verses are recited to them as clear evidences, their argument is only that they say, “Bring [back] our forefathers, if you should be truthful.” Say, “God causes you to live, then causes you to die; then He will assemble you for the Day of Resurrection, about which there is no doubt,” but most of the people do not know.  (Quran, 45:24-26)
 
 
Surely God will raise all the dead. But God has His own plan of things. A day will come when the whole universe will be destroyed and then the dead will be resurrected to stand before God. That day will be the beginning of a life that will never end, and on that day every person will be rewarded by God according to his or her good or evil deeds.
 
 
The explanation that the Quran gives about the necessity of life after death is what the moral consciousness of man demands. Actually, if there is no life after death, the very belief in God becomes meaningless or even if one believes in God, it would be n unjust and indifferent God, having once created man and now not being concerned with his fate.
 
 
Surely, God is just. He will punish the tyrants, whose crimes are beyond count - having tortured and killed hundreds or thousands of innocent people, created great corruption in society, enslaved numerous persons to serve their whims, etc., because man has a very short life span in this world and because numerous individuals are affected by one’s actions, adequate punishments and rewards are not possible in this life. The Quran very emphatically states that the Day of Judgment must come and that God will decide the fate of each soul according to his or her record of deeds:
 
 
 But those who disbelieve say, “The Hour (i.e. the Day of Judgment) will not come to us.” Say, “Yes, by my Lord, it will surely come to you. [God is] the Knower of the unseen.” Not absent from Him is an atom’s weight within the heavens or within the earth or [what is] smaller than that or greater, except that it is in a clear register - That He may reward those who believe and do righteous deeds. Those will have forgiveness and noble provision. But those who strive against Our verses [seeking] to cause failure (i.e. to undermine their credibility) - for them will be a painful punishment of foul nature.  (Quran, 34:3-5)
 
 
The Day of Resurrection will be the Day when God’s attributes of Justice and Mercy will be in full manifestation. God will shower His mercy on those who suffered for His sake in the worldly life, believing that an eternal bliss was awaiting them. But those who abused the bounties of God, caring nothing for the life to come, will be in the most miserable state. Drawing a comparison between them, the Quran says:
 
 
 Then is he whom We have promised a good promise which he will meet [i.e. obtain] like he for whom We provided enjoyment of worldly life [but] then he is, on the Day of Resurrection, among those presented [for punishment in Hell]?  (Quran, 28:61)
 
 
The Quran also states that this worldly life is a preparation for the eternal life after death. But those who deny it become slaves of their passions and desires, making fun of virtuous and God-conscious persons.
 
 
Such persons realize their folly only at the time of their death and wish to be given a further chance in the world but in vain. Their miserable state at the time of death, and the horror of the Day of Judgment, and the eternal bliss guaranteed to the sincere believers are very clearly and beautifully mentioned in the following verses of the Quran:
 
 
 [For such is the state of the disbelievers], until, when death comes to one of them, he says, “My Lord, send me back that I might do righteousness in that which I left behind (i.e. in that which I neglected).” No! It is only a word he is saying; and behind them is a barrier until the Day they are resurrected. So when the Horn is blown, no relationship will there be among them that Day, nor will they ask about one another. And those whose scales are heavy [with good deeds] - it is they who are the successful. But those whose scales are light - those are the ones who have lost their souls, [being] in Hell, abiding eternally. The Fire will sear their faces, and they therein will have taut smiles (i.e. their lips having been contracted by scorching until the teeth are exposed).  (Quran, 23:99-104)
 
 
The belief in life after death not only guarantees success in the Hereafter but also makes this world full of peace and happiness by making individuals most responsible and dutiful in their activities.
 
 
Think of the people of Arabia before the arrival of the Prophet Muhammad (sallallahu alayhi wasalam). Gambling, wine, tribal feuds, plundering and murdering were their main traits when they had no belief in life after death. But as soon as they accepted the belief in the One God and life after death they became the most disciplined nation of the world. They gave up their vices, helped each other in hours of need, and settled all their disputes on the basis of justice and equality. Similarly the denial of life after death has its consequences not only in the Hereafter but also in this world. When a nation as a whole denies it, all kinds of evils and corruption become rampant in that society and ultimately it is destroyed.
 
 
The Quran mentions the terrible end of Aad, Thamud and the Pharaoh in some detail:
 
 [The tribes of] Thamud and Aad denied the Striking Calamity [i.e. the Resurrection]. So as for Thamud, they were destroyed by the overpowering [blast]. And as for Aad, they were destroyed by a screaming, violent wind which He [i.e. God] imposed upon them for seven nights and eight days in succession, so you would see the people therein fallen as if they were hollow trunks of palm trees. Then do you see of them any remains? And there came Pharaoh and those before him and the overturned cities (i.e. those to which Lot was sent) with sin. And they disobeyed the messenger of their Lord, so He seized them with a seizure exceeding [in severity]. Indeed, when the water overflowed, We carried you [i.e. your ancestors] in the sailing ship (i.e. which was constructed by Noah). That We might make it for you a reminder and [that] a conscious ear would be conscious of it.  (Quran, 69:4-12)
 
 
Events of the Day of Judgement
 
God states in the Quran about the events of the Day of Judgment:
 
 Then when the Horn is blown with one blast, and the earth and the mountains are lifted and leveled with one blow [i.e. stroke] - Then on that Day, the Occurrence [i.e. Resurrection] will occur, And the heaven will split [open], for that Day it is infirm (i.e. weak, enfeebled and unstable). And the angels are at its edges. And there will bear the Throne of your Lord above them, that Day, eight [of them]. That Day, you will be exhibited [for judgment]; not hidden among you is anything concealed (i.e. any person or any secret you might attempt to conceal). So as for he who is given his record in his right hand, he will say, “Here, read my record! Indeed, I was certain that I would be meeting my account.” So he will be in a pleasant life - In an elevated Garden, Its [fruit] to be picked hanging near. [They will be told], “Eat and drink in satisfaction for what you put forth (i.e. literally, advanced in anticipation of reward in the Hereafter) in the days past.” But as for he who is given his record in his left hand, he will say, “Oh, I wish I had not been given my record, and had not known what is my account. I wish it [i.e. my death] had been the decisive one (i.e. ending life rather than being the gateway to eternal life). My wealth has not availed me. Gone from me is my authority.” [God will say], “Seize him and shackle him. Then into Hellfire drive him. Then into a chain whose length is seventy cubits insert him.” Indeed, he did not used to believe in God, the Most Great.  (Quran, 69:13-33)
 
 
The Prophet Muhammad (sallallahu alayhi wasalam) taught that three things continue to benefit a [believing] person even after death - charity which he had given (which continues to benefit others), beneficial knowledge which he had left behind (i.e. authored or taught), and supplication on his behalf by a righteous child (Narrated by Saheeh Muslim).
 
 
Thus, there are very convincing reasons to believe in life after death:
1)  All the Prophets of God have called their people to believe in it.
2)  Whenever a human society is built on the basis of this belief, it has been the most ideal and peaceful society, free of social and moral evils.
3)  History bears witness that whenever this belief is rejected collectively by a group of people in spite of the repeated warning of the Prophet, the group as a whole has been punished by God even in this world.
4)  Moral, aesthetic and rational faculties of man endorse the possibility of the life after death.
5)  God’s attributes of Justice and Mercy have no meaning if there is no life after death.
 
 
 
 
 
 
Source: http://www.islam-guide.com/life-after-death-by-wamy.htm

punca segala kegagalan hidup

pokok dari semua maksiat dan kelalaian serta syahwat itu, kerana ingin memuaskan hawa nafsu. sedang pokok dari segala ketaan, kesederan dan kesoponan akhlak budi, ialah kerana ada penahanan terhadap hawa nafsu.

sebagaimana firman Allah swt:

Dan aku tidak mengakui kebersihan diriku, kerana hawa nafsu itu selalu mengajak berbuat kejahatan, kecuali bagi siapa yang mendapat rahmat Tuhan, sungguh Tuhan-ku Maha pengampun lagi penyang. "yusuf :53"

Abu hafsh berkata :
   siapa yang tidak menuduh hawa nafsunya sepanjang masa, dan tidak menentangnya dalam segala hal, dan tidak menariknya ke jalan kebaikan, maka ia telah tertipu. Dan siapa yang memandang padanya dengan merasa sudah baik, bererti telah membinasakannya.

Al-junaid berkata :
jangan mempercayai hawa nafsu mu, meskipun telah lama taat kepadamu, meskipun keduanya itu memberi nasihat kepadamu untuk berbuat ibadat kepada Tuhanmu.

Al-bushiry dalam burdahnya berkata :
  Lawan hawa nafsu dan syaitan dan jangan menurut keduanya, meskipun keduanya memberi nasihat kepadamu untuk berbuat kebaikan, tetap engkau harus curiga dan berhati-hati.

-terjemahan Al-Hikam, karangan Syaikh Ibnu Atho`illah-

7 sebab kenapa mesti berhenti merokok...

7 Alasan Mengapa Harus Berhenti Merokok 

indonesia writer

Hidayatullah.com--Merokok telah menjadi gaya hidup bagi banyak pria dan wanita, bahkan termasuk anak-anak dan kaum remaja hampir di seluruh pelosok dunia. Meski mengandung bahaya besar, benda kecil ini rupanya banyak digemari. Sayangnya, kebiasaan merokok telah mengakibatkan banyak penyakit. Bahkan meski menyadari bahaya merokok, orang-orang di seluruh dunia masih terus mengisap belasan milyar batang rokok setiap harinya.

Jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di dunia. Jumlah perokok di negara-negara berkembang jauh lebih banyak dibanding jumlah perokok di negara maju. Angka yang sangat memprihatinkan mengingat akibat buruk dari merokok baru akan dirasakan dalam jangka panjang.

Kandungan Sebatang Rokok

Nikotin merupakan zat utama yang terdapat pada rokok. Namun, lebih dari 700 jenis bahan kimia tambahan kemungkinan digunakan oleh perusahaan rokok untuk menambah kenikmatan merokok. Beberapa bahan bahkan begitu beracun sehingga beberapa pabrik rokok besar biasanya akan memiliki standar yang tinggi untuk membuang bahan-bahan beracun yang sangat berbahaya tersebut.

Perokok pasif bisa mendapat dampak negatif yang lebih mengerikan jika asap rokok dihirup mereka.

Selain itu, asap rokok mengandung 4.000 zat kimia, termasuk arsenik, aseton, butan, karbon monoksida, dan sianida. Asap rokok yang dihirup oleh perokok maupun perokok pasif akan menganduk 43 zat yang diketahui menyebabkan kanker. Itu sebabnya bagi perokok pasif bisa mendapat dampak negatif yang lebih mengerikan jika asap rokok dihirup mereka.

Kerugian Akibat Rokok

Alasan keharaman rokok yang disampaikan banyak ulama karena setelah dalil i'tibar menyimpulkan berbagai bahaya merokok dan secara ilmiah. Penelitian menunjukkan, ssetiap batang rokok mengandung lebih dari 4.000 jenis racun berbahaya. 

Dalam al-Quran, Allah berfirman, "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195). Dalam konteks ayat ini, merokok termasuk perbuatan yang mencampakkan diri sendiri ke dalam kebinasaan.

Berikut ini beberapa penyakit dan dampak negatif yang disebabkan karena merokok:

Penyakit Jantung

Rokok juga merupakan salah satu penyebab utama serangan jantung. Kematian seorang perokok akibat penyakit jantung lebih banyak dibanding kematian akibat kanker paru-paru. Bahkan rokok rendah tar atau rendah nikotin tidak akan mengurangi risiko penyakit jantung. Karena beberapa dari rokok-rokok yang menggunakan filter meningkatkan jumlah karbon monoksida yang dihirup, yang membuat rokok tersebut bahkan lebih buruk untuk jantung daripada rokok yang tidak menggunakan filter.

Nikotin yang dikandung dalam sebatang rokok bisa membuat jantung Anda berdebar lebih cepat dan meningkatkan kebutuhan tubuh Anda akan oksigen. Asap rokok juga mengandung karbon monoksida yang beracun. Zat beracun ini berjalan menuju aliran darah dan sebenarnya menghalangi aliran oksigen ke jantung dan ke organ-organ penting lainnya. Nikotin dapat mempersempit pembuluh darah sehingga lebih memperlambat lagi aliran oksigen. Itu sebabnya para perokok memiliki risiko terkena penyakit jantung yang sangat tinggi.

Kanker Paru-Paru

Asap rokok dari tembakau mengandung banyak zat kimia penyebab kanker. Asap yang diisap mengandung berbagai zat kimia yang dapat merusak paru-paru. Zat ini dapat memicu terjadinya kanker khususnya pada paru-paru. Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling umum yang diakibatkan oleh merokok. Penyebaran kanker paru-paru dalam tubuh terjadi secara senyap hingga menjadi stadium yang lebih tinggi. Dalam banyak kasus, kanker paru-paru membunuh dengan cepat.

Emfisema

Perokok berat yang sudah bertahun-tahun akan mengalami emfisema. Emfisema merupakan penyakit yang secara bertahap akan membuat paru-paru kehilangan elastisitasnya. Jika paru-paru kehilangan keelastikannya, maka akan sulit untuk mengeluarkan udara kotor. Tanda-tandanya adalah mulai mengalami kesulitan bernapas pada pagi dan malam hari. Lalu mudah terengah-engah. Tanda lainnya adalah sering mengalami flu berat, disertai dengan batuk yang berat, dan mungkin dengan bronkhitis kronis. Batuknya sering kali tidak berhenti dan menjadi kronis.

Lebih Cepat Tua

Hasil penelitian terhadap para perokok menunjukkan bahwa wajah para perokok pria maupun wanita lebih cepat keriput dibandingkan mereka yang tidak merokok. Proses penuaan dini tersebut meningkat sesuai dengan kebiasaan dan jumlah batang rokok yang dihisap. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa para perokok berat memiliki keriput pada kulit hampir lima kali lipat dibandingkan orang yang tidak merokok. Bahkan proses penuaan dini sudah dimulai bagi para remaja yang merokok seperti kulit keriput, gigi menguning, dan nafas tak sedap.

Kerusakan Tubuh

Dampak negatif merokok tidak hanya membahayakan paru-paru, jantung, dan saluran pernapasan. Kebiasaan merokok menurut penelitian bisa merusak jaringan tubuh lainnya. Belasan penyakit yang berkaitan dengan penggunaan tembakau bahkan mencakup pneumonia (radang paru-paru), penyakit gusi, leukemia, katarak, kanker ginjal, kanker serviks, dan sakit pada pankreas. Penyebabnya karena racun dari asap rokok menyebar ke mana-mana melalui aliran darah. Merokok dapat mengakibatkan penyakit di hampir setiap organ tubuh.

Merugikan orang lain

Jangan keliru, sebuah peneliti asal Jepang, Kota Katanoda menemukan,  perokok  pasif jsutru dua kali lipat terkena penyakit dibanding perokok aktif. Hal ini disebabkan karena perokok pasif cenderung terkena 30 persen lebih tinggi daripada perokok aktif.

Yang sering tak disadari oleh pecandu rokok, mereka  bisa  menyebabkan kematian orang lain.

Peneliti juga menyimpulkan bahwa kanker paru-paru disebabkan oleh prokok pasif meneyebabkan sekitar 1.500 wanita dan sekitar 650 laki-laki meninggal dunia setiap tahunnya di Jepang. Para peneliti mengatakan bahwa sekitar separuh kematian perokok pasif diperkirakan berasal dari menghirup asap rokok di tempat kerja.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini juga merilis, bahwa perokok pasif turut menyumbang 1 persen jumlah kematian global di seluruh dunia. Jumlah ini berarti ada sekitar 600.000 perokok pasif yang meninggal setiap tahun akibat kebiasaan merokok orang lain.

Dalam Islam sendiri terlarang melakukan sesuatu yang membahayakan keselamatan jiwa orang lain. Rasulullah saw. Pernah bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).

Mememorotin Belanja Harian

Yang jelas, mengkonsumsi rokok jelas mengurangi pendapatan harian. Lebih baik digunakan untuk belanja harian yang jauh lebih penting daripada hanya bermain-main asap racun.[hidayatullah.com]
 

Mengapa Wanita Banyak Menghuni Neraka?

Mengapa Wanita Banyak Menghuni Neraka?
www.eramuslim.com (indonesia version)


Sebuah pernyataan yang cukup lazim terdengar di telinga kita bahwa kebanyakan penduduk neraka dihuni oleh para wanita.

Berdasarkan Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku melihat ke dalam surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.”

Muncul pertanyaan di benak kita, apa yang menyebabkan kebanyakan wanita menjadi penduduk neraka? Dalam sebuah kisah ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga dan neraka.

Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya radhiyallahu 'anhum, “ … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya, “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma)

Dalam hadits lainnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan tentang wanita penduduk neraka, beliau bersabda, “ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu)

Bagi para muslimah atau umumnya wanita ketika membaca atau mendengar hadist-hadist di atas sontak naik darah dan tidak bisa menerima sepenuhnya. Minimal akan berhujjah bahwasanya wanita bisa berbuat demikian karena ada penyebabnya, bukan tiba-tiba ingin berlaku demikian. Siapapun kalau ditanya tentu saja tidak ada yang ingin masuk neraka apalagi diklaim akan masuk neraka. Naudzubillah mindzalik!

Memang, berlayar mengarungi bahterah rumah tangga itu tidak semudah yang dibayangkan. Seorang muslimah tepatnya seorang istri, tidak saja harus membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup tapi juga mutlak dibutuhkan mental baja dan manajemen yang baik dalam mengelola gelombang kehidupan beserta segala pernak pernik yang menyertainya. Ketika urusan rumah tangga tidak pernah ada habisnya, anak-anak rewel dan kondisi fisik sedang tidak fit, kemudian suami pulang kerja minta dilayani tanpa mau perduli dengan kondisi kita, biasanya, dalam kondisi seperti ini tidak banyak wanita yang tetap mampu mengendalikan kesabarannya. Manusiawi bukan? Belum tentu!Justru dalam situasi seperti inilah keimanan dan kesabaran kita akan teruji. Apakah kita masih bisa mengeluarkan kata-kata manis sekaligus rona muka penuh dengan senyum ketulusan? Sulit memang! Tapi sulit bukan berarti tidak bisa!

Jika kita cermati hadist diatas secara seksama, maka akan kita dapati beberapa sebab mengapa wanita bisa menjadi penduduk minoritas di surga, di antaranya :

Pertama, kufur terhadap kebaikan-kebaikan suami. Sebuah fenomena yang sering kita saksikan, seorang istri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya dalam waktu yang panjang hanya karena satu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Padahal seharusnya seorang istri selalu bersyukur terhadap apa-apa yang diberikan suaminya, karena Allah SWT tidak akan melihat istri yang seperti ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam,“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari Abdullah bin ‘Amr).

Kedua, durhaka terhadap suami. Durhaka yang sering dilakukan seorang istri adalah durhaka dalam ucapan dan perbuatan. Wujud durhaka dalam ucapan di antaranya ketika seorang istri membicarakan keburukan-keburukan suaminya kepada teman-teman atau keluarganya tanpa alasan yang dibenarkan oleh syar’i. Sedangkan durhaka dalam perbuatan diantaranya bersikap kasar atau menampakkan muka yang masam ketika memenuhi panggilan suami, tidak mau melayani suami dengan alasan yang tidak syar’i, pergi atau ke luar rumah tanpa izin suami, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, atau sebaliknya enggan berdandan dan mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu.

Jika demikian keadaannya maka sungguh merugi wanita-wanita yang kufur dan durhaka terhadap suaminya. Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada surga karena mengikuti hawa nafsu belaka.

Jalan ke surga memang tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan melalui rintangan-rintangan yang berat dan terjal. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini Allah menjanjikan surga bagi orang-orang yang sabar menempuhnya.

Sementara, jalan menuju ke neraka penuh dengan keindahan yang menggoda dan setiap manusia sangat tertarik untuk melaluinya. Tetapi, sadarlah bahwa di ujung jalan ini, neraka telah menyambut dengan beragam siksa-Nya.

Lalu, bagaimana caranya agar para wanita atau para istri tidak terperosok ke dalam neraka?

Jangan pesimis, masih banyak cara dan tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri jika kita ingin menjadi penduduk minoritas di surga.

Masih ingat kan, ketika rasulullah bersabda dalam sebuah hadist shahih jami’, “Perempuan apabila shalat 5 waktu, puasa di bulan ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat kepada suaminya, maka masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki.”

Mengacu dari hadist di atas, mari kita berlomba menegakkan sholat dengan lebih khusu’, memperbayak sholat-sholat sunah karena sholat yang benar dan khusu’ bisa membentengi diri kita dari perbuatan yang munkar. Selain puasa/shaum wajib di bulan romadhon, latihlah diri untuk terbiasa melakukan shaum sunah. Hiasilah diri dengan sabar dalam ketaatan dengan suami dan banyak-banyaklah beristigfar karena istigfar bisa meruntuhkan dosa-dosa kecil yang tidak kita sadari.

Dan juga ada sebuah amalan yang sepele tapi sering terlupakan adalah bershodaqoh (sedekah). Bershodaqohlah dalam keadaan lapang dan sempit karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah menuntunkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita dari adzab neraka.

Ketika beliau selesai khutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita, beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian beliau bersabda, “Bershadaqahlah kalian! Karena kebanyakan kalian adalah kayu bakarnya Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami!” (HR. Bukhari)

Bershadaqahlah! Karena shadaqah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kalian dari adzab neraka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari adzabnya. Amin. Wallahu’alam.

Hukum Salat Subuh Tidak Pada Waktunya



Eramuslim.com  (Indonesia version)
Assalamu`alaikum Ustad.. ustad selalu dlm lindungan Allah.
Saya seorang muslim yg terkadang tdk melakukan salat 5 wkt tepat pada waktunya. Dlm kesempatan ini saya ingin menanyakan tentang salat subuh. Saya sesekali bangun pagi pada pukul 07.00 atau 08.00 Wib yg mana matahari sudah terbit untuk menghangatkan bumi. Yang ingin saya tanyakan apakah boleh & sah saya salat subuh pada wkt tersebut? Apakah saya harus niat qada jika melaksanakan salat subuh pada wkt tsb? Dan bagaimana dgn waktu2 salat lainnya yg tdk dilaksanakan tepat waktu,apakah harus diniatkan qada jg?
Terima kasih atas penjelasannya ustad. Jazakallah..
Maulana
Jawaban
Waalaikumussalam Wr Wb

Saudara Maulana yang dimuliakan Allah swt
Shalat yang merupakan ibadah pertama yang diwajibkan Allah swt adalah ibadah yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah lainnya. Ia adalah tiang agama, barangsiapa yang menegakkannya berarti orang itu telah menegakkan agama dan barangsiapa yang meninggalkannya berarti orang itu telah menghancurkan agamanya.
Shalat adalah yang pertama kali dihisab (dihitung) Allah swt pada hari perhitungan amal-amal manusia, sebagaimana diriwayatkan at Tirmidzi dari Abu Hurairah berkata; "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada hari kiamat pertama kali yang akan Allah hisab atas amalan seorang hamba adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka ia akan beruntung dan selamat, jika shalatnya rusak maka ia akan rugi dan tidak beruntung. Jika pada amalan fardlunya ada yang kurang maka Rabb 'azza wajalla berfirman: "Periksalah, apakah hamba-Ku mempunyai ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?" lalu setiap amal akan diperlakukan seperti itu."
Diantara dalil yang menerangkan kewajiban seorang muslim untuk melakukan shalat lima waktu pada waktu-waktu yang telah ditentukan Allah swt adalah :
إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا ﴿١٠٣﴾
Artinya : “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisaa : 103)
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Qatadah bin Rib'iy mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: " 'Sesungguhnya Aku mewajibkan umatmu shalat lima waktu, dan Aku berjanji bahwa barangsiapa yang menjaga waktu-waktunya pasti Aku akan memasukkannya ke dalam surga, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka dia tidak mendapatkan apa yang aku janjikan".
Dan tentang permasalahan anda yang sesekali melaksanakan shalat shubuh setelah matahari terbit atau habis waktunya maka apabila yang menyebabkan anda bangun kesiangan adalah aktivitas-aktivitas yang mengandung maslahat syar’i; seperti : menuntut ilmu atau berbincang-bincang tentang ilmu, kemaslahatan kaum muslimin, berbincang-bincang dengan tamu yang anda perlukan atau hal-hal lain yang mengandung kemaslahatan maka anda tidaklah berdosa dan shalat yang anda lakukan tetap sah meskipun dianggap qadha. Kemudian berusahalah anda melaksanakan shalat-shalat shubuh berikutnya pada waktunya dan janganlah anda menjadi permainan setan yang menyebabkan anda kesiangan bangun.
Sedangkan jika yang menyebabkan anda kesiangan shalat shubuh adalah aktivitas-aktivitas yang tidak mengandung manfaat (maslahat) bagi anda maupun kaum muslimin atau perbuatan sia-sia maka anda termasuk orang yang menyia-nyiakan atau melalaikan shalat dan mendapatkan dosa meskipun shalat itu tetap harus dilakukan dan dianggap qadha. Kemudian diwajibkan bagi anda untuk bertaubat taubat nashuha dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ﴿٥٩﴾
Artinya : “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam : 59)
Demikian pula terhadap shalat-shalat lainnya yang dilakukan diluar waktu-waktunya.
Wallahu A’lam
الجواب :
الحمد لله
1-إذا كنت استيقظت وقت صلاة الفجر ثم غلبتك نفسك فنمت وفي نيتك وعزمك أنك ستستيقظ بعد قليل _ قبل خروج الوقت _ ولكنك لم تستيقظ إلا بعد خروج الوقت ، فقم بأداء الصلاة مباشرة ، وكن حازما في المرّات القادمة ، فلا تجعل الشيطان يتلاعب بك ، ونسأaل الله لك المغفرة .
2-أما إذا كنت عازما على أن لا تؤدي الصلاة إلا بعد خروج وقتها _ أو كنت مترددا في ذلك _ فهذا الفعل هو الذي يكفر به صاحبه عند بعض أهل العلم .
فإذا كان صدر منك مثل هذا الفعل فتُب إلى الله من الآن ، واعقد العزم على أن لا تعود ، وصلّ الصلوات التي فاتتك إن كنت تعرف عددها ، والله يتوب على من تاب ، وهذه كفارة ذلك . والكلام عن صلاة العصر كالكلام عن صلاة الصبح تماما .
الشيخ سعد الحميد
http://www.islam-qa.com/ar/cat/2024
يعود إلى النوم إذا استيقظ دون أن يصلي
السؤال : حدث في مرات قليلة أن استيقظت من نومي وقت صلاة الفجر تماما أو قبل ذلك بقليل وعدت إلى النوم مرة أخرى . وكنت في مرتين أعي أنني استيقظت وقت صلاة الفجر إلا أني عدت ونمت. ثم سمعت بأن الشيخ عبد العزيز بن عبد الله بن باز رحمه الله قال بأن من يفعل ذلك الفعل يكون كافرا (مرتدا)، فهل هذا صحيح؟ وما هو الرأي الصحيح في هذه المسألة وفقا لأهل السنة والجماعة؟ (وإذا كان ذلك صحيح [الكفر أو الارتداد]، فماذا أفعل؟
سؤال آخر: إذا فاتتني صلاة العصر (خرج وقتها ولم أصليها)، فهل أكفر بذلك (مع أني ما أزال أصلي الصلوات الخمس المفروضة يوميا)؟ أنا أعلم أني أفقد جميع أعمالي الصالحة في اليوم وفقا لرواية في صحيح البخاري، لكني أطرح سؤالي أعلاه عليك، وأنا أظنك على الحق وعلى طريقة الرسول صلى الله عليه وسلم. وجزاك الله خيرا
Jadi apa yang anda lakukan dengan seringnya melaksanakan shalat shubuh setelah matahari terbit atau setelah berlalu waktu shalat shubuh tanpa ada
Jadi apa yang anda lakukan dengan seringnya melaksanakan shalat shubuh setelah matahari terbit atau setelah berlalu waktu shalat shubuh tanpa adanya alasan-alasan yang dibenarkan syariat maka hal itu diharamkan dan termasuk didalam menyia-nyiakan atau melalaikan shalat karena itu diwajibkan bagi anda untuk bertaubat kepada Allah dan bertekad untuk tidak mengulanginya serta melaksanakan shalat-shalat fardhu diwaktu-waktunya.
Islam mengancam keras orang yang meninggalkan shalat lima waktu karena mengingkarinya maka orang itu adalah kafir dan keluar dari agama Islam, berdasarkan ijma para ulama.
Sementara para ulama berbeda pendapat tentang orang yang meninggalkan shalat dikarenakan malas atau meremehkannya ;
  1. Para ulama Hanafi berpendapat bahwa orang itu adalah fasiq dan harus dipenjara serta dipukul dengan satu pukulan hingga mengalirkan darah sampai orang itu mau melaksanakan shalat dan bertaubat atau meninggal di penjara, begitu juga terhadap orang yang meninggalkan puasa ramadhan.
  2. Para ulama Maliki dan Syafi’i berpendapat bahwa orang yang meniggalkan shalat tanpa suatu uzur walaupun dia hanya meninggalkan satu kali shalat maka orang itu diminta untuk bertaubat selama tiga hari seperti seorang yang murtad dan jika tidak mau bertaubat maka dibunuh.
  3. Imam Ahmad berpendapat bahwa orang yang meninggalkan shalat dibunuh disebabkan pengingkarannya. Maka barangsiapa meninggalkan shalat dan tidak ada persyaratan untuk membebaskannya maka yang ada hanyalah dibolehkannya dibunuh, untuk itu tidak ada pembebasan bagi orang yang tidak menegakkan shalat.
Sementara DR Wahbah lebih cenderung kepada pendapat yang pertama yaitu bahwa orang seperti itu tidaklah dihukum dengan kafir, berdasarkan dalil-dalil qoth’i yang banyak dan juga orang itu tidaklah kekal di neraka setelah dia mengucapkan dua kalimat syahadat, sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah dan mengingkari segala yang disembah selain Allah maka terpelihara harta dan darahnya dan perhitungannya ada pada Allah swt.” (HR. Muslim) juga sabda Rasulullah saw,”Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengatakan Laa Ilaha Illallah yang dihatinya masih ada kebaikan sebesar gandum. Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengatakan Laa Ilaha Illallah yang dihatinya masih ada kebaikan seberat atom.” (HR. Bukhori)
Islam juga melarang setiap muslim yang melaksanakan shalat-shalatnya namun ia melalaikan waktu-waktunya, sebagaimana firman Allah swt :

Artinya : “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam : 59)

100km ke kekanan..

10 laluan yg dilalui oleh manusia sehingga akhirat

Hisablah diri kita sama ada kita dapat melepasi 10 imigresen untuk
bertemu Allah...

10 Laluan Yang Bakal Dilalui Oleh
Manusia Dari Dunia Sampai Akhirat:

Bagaimana memudahkannya?

LALUAN MENUJU KE KUBUR
a. Jauhkan dari perbuatan mengumpat & mengeji
b. Hindarkan perasaan irihati (benci)
c. Jangan terpengaruh dengan harta dunia
d. Sucikan kadha' hajat dgn istibra (berdehem selepas buang air
kecil!)

LALUAN UNTUK BERJUMPA IZRAIL
a. Bersihkan diri dengan bertaubat
b. Gembirakan hati orang Mu'min
c. Bayar semula kadha' (solat & puasa) yang tertinggal
d. Kasih sepenuh hati kepada ALLAH Taala

LALUAN UNTUK BERTEMU MUNGKAR NANGKIR
a. Mengucap dua kalimah syahadat
b. Suka memberi sedekah
c. Berkata benar
d. Bersihkan dan perbaiki hati

LALUAN UNTUK MEMBERATKAN TIMBANGAN
a. Belajar atau mengajar ilmu yang bermanafaat
b. Sucikan perkataan dan pakaian
c. Bersyukur dengan yang sedikit
d. Suka dan redha dengan yang didatangkan oleh ALLAH

LALUAN MEMANTAPKAN AMALAN
a. Jauhkan perkataan yang sia-sia
b. Pendekkan cita-cita dunia
c. Banyakkan puji-pujian kepada ALLAH
d. Banyakkan sedekah dan khairat

LALUAN MELALUI TITIAN SIRAT AL-MUSTAKIM
a. Kasihilah aulia ALLAH Ta'ala
b. Berbaktilah kepada kedua ibubapa
c. Berpegang teguh dengan hukum syara'
d. Bercakap perkataan yang baik sesama makhluk

LALUAN MENJAUHKAN DIRI DARI NERAKA
a. Banyakkan membaca al-Quran
b. Banyakkan menangis kerana dosa-dosa yang lalu
c. Tinggalkan perkara yang maksiat
d. Jauhkan segala yang haram

LALUAN UNTUK MEMASUKI SYURGA
a. Membuat kebajikan seberapa banyak yang boleh
b. Kasihi orang yang soleh
c. Kerjakan segala suruh-suruhan ALLAH
d. Merendahkan diri di antara semua makhluk ALLAH

LALUAN BERJUMPA DENGAN NABI MUHAMMAD
a. Kasihilah Nabi ALLAH
b. Kasihilah Rasulluah
c. Tuntutilah yang difardhukan oleh ALLAH
d. Banyakkan selawat Nabi S.a.w.

LALUAN UNTUK BERTEMU ALLAH
a. Serahkan seluruh jiwa raga kepada ALLAH
b. Hindarkan diri dari menderhaka kepada ALLAH
c. Betulkan dan baikkan i'tiqad kepada ALLAH
d. Bencikan segala yang diharamkan-Nya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...