Pages

Refleksi Dunia Islam 2011: Menanti Gelombang ke-5 Dunia Islam, Tegaknya Khilafah

oleh: Farid Wadjdi Ketua Lajnah Siyasiyah Hizbut Tahrir Indonesia

Penjajahan Barat di Dunia Islam
Tahun 2011 telah berlalu. Secara umum tidak banyak perubahan mendasar yang terjadi di dunia Islam. Negeri-negeri Islam masih menjadi objek imperialisme negara-negara Kapitalisme dunia. Irak, Afghanistan, dan Pakistan masih diduduki. Pangkalan militer Amerika tersebar di antero dunia Islam terutama di Timur Tengah. Cerminan pendudukan Amerika yang disetujui para bonekanya.


Meskipun Amerika menarik pasukannya dari Irak pada Desember ini, negara itu malah memperkuat posisinya di negara-negara Timur Tengah. Ketua Gabungan Kepala Staf mengatakan kepada anggota Kongres bahwa Amerika Serikat harus memperkuat kehadiran militernya di Kuwait untuk melawan pengaruh Iran yang terus tumbuh di Irak dan kawasan Teluk. Amerika Serikat, yang memiliki 29 ribu tentara di Kuwait, 7 ribu di Bahrain dan Qatar, 3 ribu di UAE, dan 258 militer di Arab Saudi, menginginkan Kuwait untuk mengakomodasi tentaranya yang ditarik dari Irak, yang jumlahnya diperkirakan 24 ribu tentara
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS, Leon mengatakan Kamis (13/10) kepada para anggota parlemen bahwa sepuluh ribu pasukan AS akan ditarik dari Afghanistan sebelum akhir tahun ini seperti yang direncanakan, namun 23 ribu orang tentara yang dikirim oleh Barack Obama ke Afghanistan akan tetap menduduki wilayah itu sampai musim panas 2012.
Di bidang ekonomi, negeri Islam yang kaya menjadi obyek eksploitasi perusahan-perusahan negara Imperialis dari Maroko hingga Maruke. Sementara rakyat dunia Islam , sebagian besar hidup miskin.
Amerika juga masih menggunakan rezim-rezim represif yang menjadi bonekanya untuk menekan perjuangan syariah dan Khilafah . Seperti yang terjadi di Uzbekista, Tajikistan, Kazhastan, Bangladesh, dan Pakistan.
Situs uznews.net mempublikasikan sebuah laporan dengan judul: “Penyiksaan Terus Menyertai Para Tahanan Yang Dituduh Melakukan Kejahatan Keagamaan“. Para aktivis hak asasi manusia melaporkan kasus-kasus baru, seperti penyiksaan, dan pemalsuan tuduhan-tuduhan baru di penjara-penjara Uzbekistan terhadap orang-orang dipenjara karena alasan keagamaan dan orang-orang yang masa hukumannya hampir habis. Ketua Kelompok Inisiatif Independen Hak Asasi Manusia Uzbekistan (IGNPU), Surat Ikramov mengangkat bahwa kasus baru ini menimpa dua orang bersaudara dituduh menjadi anggota Hizbut Tahrir.
Rezim Kazahstan pada tanggal 22/9/2011 mengeluarkan undang-undang yang berisi larangan melakukan shalat di lembaga-lembaga dan departemen-departemen pemerintah. Termasuk melarang melakukan syiar Islam apapun di tempat-tempat milik pemerintah ini. Berdasarkan undang-undang ini semua masjid dan tempat-tempat pelaksaan shalat di semua tempat milik pemerintah tersebut harus ditutup.
Adapun di Bangladesh, sebagaimana dilaporkan situs islamtoday.net (18/1/2011) dengan mengutip Surat kabar The Guardian terungkap keterlibatan intelijen Inggris pada pusat-pusat penyiksaan di Bangladesh, yang diadopsi oleh pemerintah untuk Partai Buruh Inggris. Menurut laporan yang dibuat oleh Jacqui Smith, mantan Menteri Dalam Negeri Inggris, bahwa ia sangat khawatir tentang penggunaan penyiksaan di Bangladesh oleh badan-badan intelijen Inggris. Yang menjadi objek penyiksaan di Bangladesh disamping lawan politik penguasa , adalah aktifis Islam Hizbut Tahrir yang memperjuangkan tegaknya syariah Islam.
Nasib Muslim Minoritas
Sementara itu monoritas muslim di daerah-daerah yang mayoritas dikuasai oleh orang-orang kafir nasibnya sangat menyedihkan. Pembantaian, diskriminasi, pelecehan, merupakan perkara yang berulang yang dialami kaum muslimin Rusia, muslim Pattani di Thailand (rezim Budha), muslim di India ,Khasmir, dan Srilanka (rezim Hindu), muslim di Moro (Philipina), muslim di Xianjiang (China Selatan).

Menurut Situs islamtoday.net (12/8/2011) berdasarkan laporan Pew Forum on Religion and Public Life mengungkap bahwa kaum Muslim dilecehkan di 117 negara, termasuk negara-negara Eropa yang melarang cadar (niqâb) dan adzan. Cina adalah negara yang paling memaksakan pembatasan kebebasan beragama dan pelaksanaan ritual-ritual keagamaan, dan kemudian disusul Prancis yang menempati urutan ketiga karena melarang cadar (niqâb).
Muslim Uighur dihalangi untuk menunaikan ibadah haji. “Kita tidak bisa mendapatkan paspor,” kata Mehmet Ali, bukan nama sebenarnya, kepada surat kabar The Hindutimes.com, Senin (31/10).Mehmet mengatakan untuk berhaji, Muslim Uighur harus membayar 70 ribu Yuan. Bukan harga yang mereka persoalkan, namun kesulitan permohonan paspor yang menjadi masalah. Pemerintah Cina dengan sengaji mempersulit permohonan paspor untuk bisa menunaikan ibadah haji.
Situs almokhtsar.com,(23/11/2011) memberitakan penghancuran sebuah masjid di distrik Mullaitivu, di Provinsi Utara Sri Lanka oleh kaum ekstrimis Hindu, lalu dibangun sebuah pusat Hindu untuk meditasi dan tempat yoga. Padahal, kaum Muslim sudah tinggal di daerah ini sejak tahun 1965, dan jumlah keluarga Muslim ada 165 keluarga pada saat itu. Masjid Firdaus selama ini menjadi tempat kaum muslim menjalankan shalat lima waktu
Nasib Muslim di Negara Barat

Nasib yang sama dialami kaum muslim di negara-negara yang mengklaim demokratis dan menyunjung HAM. Islamophobia yang bercampur dengan Xenophobia meningkat di Eropa. Dukungan terhadap kelompok ultranasionalis pun meningkat.Mulai dari pelemparan masjid, penghinaan terhadap Rosulullah SAW, tindakan kriminalitas karena agama dan ras, hingga tindakan resmi negara seperti pelarangan menggunakan busana muslimah (niqab), pelarangan pembangunan masjid. Semua dilakukan atas nama keamanan negara dan kewajiban negara mempertahankan sukulerisme.
Menurut FBI bahwa kejahatan dan pelanggaran ringan terhadap umat Islam mengalami peningkatan sebesar 50% antara 2009 dan 2010. Situs berita islamtoday.net (15/11/2011) melaporkan statistik dari FBI jumlah total tindak kekerasan terhadap kaum muslim meningkat dari 107 pada 2009 menjadi 160 pada 2010, yakni naik 49%.
Badan Intelijen Pusat AS (CIA) memberikan bantuan kepada Kepolisian Distrik New York (NYPD) untuk memata-matai warga Amerika, khususnya Muslim. Sejak serangan 11 September, dengan bantuan CIA, NYPD mengirim petugas yang menyamar ke lingkungan minoritas sebagai bagian dari program pemetaan manusia, kantor berita AP melaporkan Rabu (24/8).

Majalah satir Prancis Charlie Hebdo mengangkat Nabi Muhammad sebagai “pemimpin redaksi” untuk terbitan terbaru guna menandai kemenangan Partai Islamis Ennahda di Tunisia. Majalah itu akan diganti nama menjadi Sharia Hebdo. ”Untuk merayakan kemenangan Partai Islamis Ennahda di Tunisia, Charlie Hebdo mengangkat Muhammad sebagai pemimpin redaksi dalam edisi mendatang,” kata majalah itu dalam satu pernyataan
Yang menarik , meskipun terjadi stigmanisasi yang massal dan sistematis terhadap ajaran Islam dan kaum muslimin. Jumlah pendudukan Eropa dan Amerika yang masuk Islam semakin bertambah. Terutama wanita eropa berpendidikan menengah keatas. Berdasarkan hasil penelitian lembaga penelitian Inggris “Faith Matters” menunjukkan bahwa angka warga Inggris yang memeluk sebenarnya mencapai 100 ribu, di mana setiap tahunnya ada 5000 orang baru yang memeluk Islam.
Padahal selama ini yang sering kali menjadi obyek penghinaan adalah syariah Islam yang berkaitan dengan wanita. Ajaran Islam yang bersumber dari Allah SWT, yang sesuai dengan fitrah , dan memuaskan akal manusiak karena dibangun atas dasar prinsip tauhid (keesaan Allah SWT) , mampu mengalahkan sterotif negatif yang berupaya dibangun untuk menjauh masyarakat dari Islam.
Syariah Islam yang komprehensif yang dipraktikkan meskipun secara parsial seperti ajaran kasih sayang dalam keluarga, integritas untuk menjaga kehormatan wanita dan keluarga, menghormati yang tua, hingga pakaian muslimah yang menjauhkan wanita dari sikap ekploitasi keji kapitalisme telah memikat banyak pihak untuk memeluk ajaran Islam.

Arah Perubahan Di Timur Tengah
Yang sangat membedakan dunia Islam adalah perkembangan di Timur Tengah. Berupa kejatuhan rezim-rezim represif. Di awali dari tumbangnya Zainal Abidin bin Ali di Tunisia, mundurnya Mubarak di Mesir, hingga berakhirnya rezim represif Gadzafi secara tragis di Libya. Saat ini beberapa wilayah masih terus bergolak seperti Yaman dan Suriah. Negara-negara yang selama ini dikenal benar-benar ‘under control’ penguasanya pun dipastikan akan turut bergoyang seperti Yordania, Saudi Arabia, Bahraian, dan lain-lain.
Gerakan rakyat yang bergerak penuh dengan keberanian mampu menumbangkan para rezim ini. Meskipun ditengah jalan , arah perubahan di bajak oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Perubahan diarahkan ke demokratisasi. Tanpa malu AS pun mengklaim dirinya sebagai pahlawan yang mendorong perubahan di Timteng. Meskipun nyata-nyata , negara bengis ini yang selama ini mendukung rezim represif . Mereka kemudian berubah arah seakan memihak rakyat , setelah melihat para bonekanya tidak lagi bisa dimanfaatkan.
Namun Barat tahu, bahwa perubahan di Timur Tengah, tidak bisa dilepaskan dari faktor Islam yang telah menjadi cultur dan syu’ur kaum muslimin disana. Tidak mengherankan kalau mereka membungkus tawaran ide-ide kapitalisme dengan Islam. Muncullah istilah ad daulah al Madaniah (negara madani/civil society), al islam al mu’tadil ( Islam moderat) yang merupakan istilah racun (poison words). Sebab inti dari semua ide itu adalah penerimaan terhadap sistem sekulerisme ,demokrasi, dan pluralisme yang bertentangan dengan Islam. Yang mereka maksud dengan Islam moderat adalah Islam yang mengakomodasi pemikiran Barat seperti demokrasi , Ham dan Pluralisme. Dan yang menerima kebijakan penjajahan Barat atas nama keterbukaan dan sikap inklusif .
Pertanyaannya berhasilkah Barat dengan strategi ini ? Apakah akan membawa perubahan berarti bagi masyarakat Timur Tengah ? Jawabannya sangat jelas. Barat akankembali gagal. Dan tawaran ide-ide Barat yang berbungkus Islam pun akan gagal. Sebab semuanya tetap melestarikan penjajahan Barat yang menjadi pangkal persoalan utama di Timur Tengah dan negeri Islam. Melestarikan ideologi kapitalisme dan campur tangan asing.
Sayangnya, Partai-partai pemenang pemilu –berbasis Islam- justru terjebak pada tekanan Barat denganmengusung ide-ide Barat seperti demokrasi, liberalisme dan pluralisme. Partai an Nahdha yang menang di Tunisia berjanji tidak akan mengubah sekulerisme yang sudah menjadi asas negara di Tunisia. Sebagaimana dikutip dari situs http://english.alarabiya.net (5/11) Partai an Nahda yang akan memerintah di Tunisia pasca tumbangnya Zainal Abidin bin Ali akan fokus pada demokrasi, hak asasi manusia dan ekonomi pasar bebas dalam rencana perubahan konstitusi. Partai ini tidak akan menggunakan agama sebagai rujukan teks dan rancangan yang konstitusi yang akan disusun dan tetap menjamin Tunisia sebagai negara sekuler .
Beberapa partai yang berbasis Islam pun melakukan kerjasama rahasia dengan negara-negara Barat. Sebuah tindakan bunuh diri secara politis. Secara hukum syara’ juga adalah haram bekerjasama dengan negara-negara muhariban fi’lan yang telah membunuh jutaan kaum muslimin dan merampok kekayaan alam dunia Islam. Sekali lagi, Tanpa syariah dan Khilafah , akan pasti gagal, sekali lagi pasti gagal. Sebab hanya penegakan syariah Islam dan Khilafah yang bersumber dari Allah SWT lah yang akan menyelesaikan persoalan dunia Islam termasuk di Timur Tengah.
Hanya dengan menerapkan syariah Islam-lah secara total yang merupakan bukti keimanan kepada Allah SWT dan ketaqwaan , kemenangan akan diraih. Hal ini ditegaskan Allah SWT.Dalam Al Qur’an QS A'raf 96 Allah SWT berfirman : Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, sungguh kami akan membukakan bagi mereka pintu berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan(ayat-ayat Kami), maka kami menyiksa mereka karena perbuatan mereka.
Menanti Gelombang ke-5
Insya Allah umat pasti akan memasuki gelombang terakhir dari perjalanan umat Islam pasca runtuhnya Khilafah Islam tahun 1924. Sebutlah gelombang I merupakan era ketika pemerintah kolonial mengokohkan penjajahan negeri-negeri Islam secara langsung.
Mereka mengirim pasukan-pasukan kolonial ke negeri-negeri Islam. Namun mereka menyadari cara seperti ini pasti berujung kegagalan. Kaum muslim akan mudah bergerak, karena musuh mereka jelas di depan mata yaitu tentara-tentara asing. Disamping juga membutuhkan biaya yang mahal.
Gelombang ke-dua, adalah ketika penjajah Barat , memberikan kemerdekaan ‘semu’ kepada negeri-negeri Islam. Semu karena mereka belum benar-bener memberikan kemerdekaan. Pasukan kolonial sebagain besar menarik diri dari negeri Islam. Namun penjajahan tetap berlangsung melalui penguasa-penguasa boneka anak negeri Islam sendiri. Mereka pun memastikan yang berlaku bukanlah syariah Islam tapi sistem Barat.
Kemudian masuklah umat Islam pada gelombang ketiga. Saat, penguasa-penguasa boneka Barat bertindak represif terhadap rakyatnya sendiri. Karena mereka lebih mengutamakan melayani tuan-tuan imperialisme mereka. Untuk mendapat dukungan negara-negara Barat mereka mempersilahkan kekayaan alam negeri Islam dieksploitasi sementara rakyatnya miskin. Sementara setiap upaya perjuangan syariah Islam ditindak secara represif, karena hal ini akan mengancam kepentingan penjajahan.
Mereka menangkapi,menyiksa, membunuh, para pejuangan syariah Islam. Penguasa tipe seperti ini silih berganti di negeri Islam baik berupa raja atau pun presiden atau perdana menteri. Diantaranya adalah Suharto di Indonesia, Saddam Husain di Irak, Husni Mubarak di Mesir , Zainal Abidin bin Ali di Tunisia, termasuk Gadzdzafi di Libya. Rezim inipun tumbang.
Masuklah umat Islam pada gelombang keempat, dimana Barat terpaksa memberikan demokrasi yang mereka bungkus dengan istilah-istilah Islam. Mereka berusaha menyesatkan kaum muslim. Tapi hal ini juga akan gagal. Kondisi kegagalan ini diperkuat dengan semakin melemahnya negara-negara utama kapitalism dunia seperti Amerika Serikat dan Eropa. Krisis di negara Barat akan membuat mereka tidak bisa mendukung sepenuhnya penguasa-penguasa boneka baru yang menjadi andalan mereka.
Insya Allah, umat Islam akan masuk gelombang kelima. Dimana rakyat tidak lagi bisa ditipu. Mereka menyadari bahwa sistem apapun yang berasal dari ideologi Barat penjajah tidak akan memberikan kebaikan. Baik itu dibungkus dengan istilah Islam atau kata-kata penyesatan lain atau tidak. Umat pada gilirannya akan dengan tegas menolak demokrasi,pluralisme, liberalisme , dan ide-ide sesat lainnya.
Saat itulah , umat hanya akan percaya kepada Islam dengan syariah dan Khilafahnya. Umat tidak ada pilihan lain saat itu kecuali mendukung tegaknya syariah dan Khilafah. Umatpun akan memberikan kepercayaan mereka sepenuhnya kepada kelompok dakwah yang dengan serius selama ini memperjuangkan syariah dan Khilafah. Mereka tidak lagi percaya kepada ulama-ulama salatin yang menjadi kaki tangan penjajahan. Saat itulah tegaknya Khilafah sudah di depan mata. Insya Allah !





Isu Shariah Dalam Perniagaan MLM


Isu Shariah Dalam Perniagaan MLM
Sumber:
 Oleh : Ust Hj Zaharuddin Hj Abd Rahman segala 
pertanyaan boleh diajukan ke ; www.zaharuddin.net



 Jualan Pelbagai Peringkat atau lebih dikenali sebagai ‘Multi Level Marketing' atau MLM adalah amat popular di Malaysia. Dalam pada masa yang sama, sistem yang sama juga digunakan oleh industri penjualan Saham Amanah Islam dan beberapa produk Takaful. Statistik tahun 2003 menunjukkan industri MLM Malaysia mencatatkan jualan RM 4 bilion dan lebih dari 3 juta orang Malaysia terlibat dalam urusniaga MLM.


 Akibat dari kebanjiran produk dan syarikat yang menggunakan sistem ini dalam mempromosi dan penjualan produk mereka. MLM kini boleh dianggap sebagai sebuah sistem pemasaran yang diterima ramai. Bagaimanapun, amat jarang dijumpai ilmuan Shariah samada dalam atau luar negara yang ingin atau berminat untuk menghuraikan sistem ini dari aspek Shariah dengan terperinci dan konkrit. Ini mungkin disebabkan kerumitan atau kurangnya minat ilmuan Shariah untuk mendalami proses sistem ini.

 Para ‘Ustaz' dan Multi Level Marketing

 Saya juga tidak dapat lari dari dibanjiri soalan demi soalan berkenaan hal ini. Pada awalnya, saya cuba untuk mengelak disebabkan terlampau banyak bentuk dan jenis MLM ini hingga menyukarkan sesiapa juga untuk memandu dan menerangkan hukumnya secara jelas. Di tambah pula mengenagkan pengikut dan pengamalnya yang terlalu ramai dan kebanyakkannya pula kelihatan ‘taksub' dan amat yakin akan halalnya kaedah MLM ini.


Tidak kurang juga terdapat para graduan Shariah atau pengajian Islam yang digelar ‘Ustaz' dan Ustazah' yang juga kuat berkempen produk-produk syarikat dengan skim MLM. Lebih hangat dan meriah lagi, kumpulan ini kerap mendakwa ianya halal lalu diselitkan dengan pelbagai dalil Al-Quran dan Hadith yang menggalakkan umat Islam berniaga, kuat ekonomi dan lain-lain. Hakikatnya, dalil-dalil ini bukanlah khusus untuk menyokong MLM dan perniagaan piramid mereka. Ikhlas saya ingin nyatakan di sini, agak ramai juga orang ramai yang terpengaruh dengan kempenan dari kumpulan ilmuan agama seperti ini, menyebabkan orang ramai menyertainya tanpa berfikir lagi berkenaan halal atau haramnya sesuatu produk itu kerana ia telah diiktiraf oleh seorang ‘ustaz'. Justeru, saya ingin menasihatkan semua rakan-rakan lulusan Shariah dan Pengajian Islam agar lebih berhati-hati memberikan sebarang hukum dan merujuk dengan lebih mendalam sebelum berkempen dan mendakwa halalnya sesuatu produk hanya semata-mata kerana ia mendapat keuntungan besar di dalamnya.


Ini kerana agak ramai juga saya dapati orang ramai yang berkiblatkan ustaz tertentu dalam kempen MLM mereka. Berkatalah Al-Laith bin Sa'ad : « Seandainya orang-orang yang memiliki pemahaman halal dan haram meneliti masalah ini, pastilah mereka tidak akan membolehkannya kerana terdapat di dalamnya unsur perjudian » ( Riwayat Al-Bukhari, no 2346 ).

 Sayyidina Umar al-Khattab r.a telah mengingatkan: لا يبع في سوقنا إلا من قد تفقه في الدين Ertinya : "Jangan seseorang kamu berjual beli di pasar kami, kecuali ia telah mendalami ilmu (hukum) agama tentangnya" ( Riwayat Tirmidzi, no 487, hlm 129 ; Albani : Hasan)


 Bagi membantu masyarakat yang semakin ‘hangus' dalam industri ini, saya merasakan adalah elok untuk saya berkongsi panduan umum Shariah dalam hal penggunaan MLM ini. Bagaimanapun, saya tidaklah mampu untuk menujukan tulisan ringkas ini kepada mana-mana jenama MLM yang wujud di Malaysia mahupun luar negara. Tulisan ini hanya memberikan sedikit gambaran dan garis panduan yang diletakkan oleh undang-undang Islam dalam hal MLM ini.









 Pengertian MLM




MLM Secara umum ‘Multi Level Marketing' adalah suatu cara perniagaan alternatif yang berkaitan dengan pemasaran yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah ‘Upline' (tingkat atas) dan ‘Downline' (tingakt bawah), orang akan disebut ‘Upline' jika mempunyai ‘Downline'. Pokok utama dari perniagaan MLM ini digerakkan dengan jaringan ini, sama ada yang bersifat ‘vertikal' atas bawah mahupun ‘horizontal kiri kanan' ataupun gabungan antara keduanya. (Lihat All About MLM oleh Benny Santoso hal: 28, Hukum Syara MLM oleh Hafidz Abd Rahman, MA)


Bentuk MLM yang Haram atau syubhat


Ada beberapa bentuk sistem MLM yang jelas keharamannya atau keraguannya, iaitu apabila ia menggunakan sistem berikut :

1) Harga tinggi dari biasa : Menjual produk yang diperjualbelikan dalam sistem MLM dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga biasa, ia adalah amat tidak digalakkan menurut Islam malah menurut sebahagian ulama, aqad seperti ini adalah terbatal. Tatkala itu, ia digelar ‘Gabhnun Fahisyh' menurut istilah ulama Fiqh.

Hukum jualan secara ‘Ghabnun Fahisy' ini diperbezakan oleh ulama antara harus, makruh dan haram. (Durar al-Hukkam Fi Syarh Majallah al-Ahkam, klausa no 356, hlm 369). Bagaimana Nabi SAW pernah mengisyaratkannya sebagai suatu kezaliman jika berlaku kepada orang yang tidak mengetahui selok belok harga barang. (Al-Qawaid, Ibn Rusyd, hlm 601) Bagaimanapun perlu diingat, dalam satu MLM mungkin terdapat 3 atau 4 unsur syubhat dan haram yang akan saya sebutkan. Ini tidaklah bermakna saya mengatakan MLM haram hanya kerana adanya unsur "Harga Lebih Tinggi dari Biasa" , ia cuma salah satu unsur yang perlu disemak dan boleh memburukkan lagi hukum sesuatu MLM sehingga boleh jatuh tahap haram kerana penipuan dalam keadaan tertentu yang lain. Apa yang ingin saya nyatakan ‘Ghabnun' di sini adalah yang dibuat dalam bentuk penipuan harga kepada orang awam, iaitu harga yang sengaja dinaikkan kerana merangkumkan yuran penyertaan dalam system priamid.

Sebagai contoh saya pernah ‘terpaksa' membeli sebuah produk MLM. Oleh kerana tukang jual MLM ini amat sukar beralah, dan saya ingin ia cepat menamatkan kempenanannya dengan adab, lalu saya belilah satu produknya yang termurah, iaitu sebiji bantal yang dikatakan sangat hebat, harganya mencecah RM300 sebiji. Inilah namanya 'Ghabnun', sedangkan bantal tersebut rupa-rupanya langsung tiada istimewanya setelah digunakan. Maka jelas harganya dinaikkan kerana penyertaan sebagai ahli dan masuk dalam sistem. Tapi saya senyapkan saja keahlian dan langsung tidak bergerak, membeli hanya kerana kasihan dengan si penjual yang dikenali ini sahaja. Inilah maksud saya mempunyai unsur ‘Ghabnun', mungkin unsur ini tidak cukup kuat untuk menjadikannya haram, tetapi ia salah satu unsur yang memberi kesan kepada aqad, kesan ini apabila ia bergabung dengan unsur-unsur syubhat yang lain, ia boleh menjadi haram.


 Sebagai Makluman : Mazhab Hanafi : terbahagi kepada 3 pandangan, iaitu ada ulamanya yang mengatakan ghabnun harus walaupun Fahisyh, kedua : Haram , ketiga : Haram bila ada usnur penipuan sahaja ( Syarh ad-Dur , AL-Haskafi, 2/82 )

Mazhab Maliki : Juga ulama mereka berbagai pandangan : Pertama : Ghabnun Mustrasil samada Yasir atau fahsiyh : Haram ; Kedua : Ghabnun lebih tinggi 1/3 dari harga pasaran biasa tanpa adalah HARAM. ( Al-Qawaid : Ibn Rusyd , hlm 601 ; AL-Qawaid Al-Fiqhiyyah, Ibn Juzay, hlm 294)

 Mazhab Syafie : Harus hukumnya kecuali pandangan ganjil dari al-Mutawaali yang mengharamkannya . ( Al-Majmu' , 7/500 )

Mahzab Hanbali : Ibn Quddamah berkata : "Ghabn Mustarsil adala apabila si pembeli membeli dengan harga yang terkeluar dari harga pasaran ... teruatamanya apabila didesak ( agar tak pergi semak kedai-kedai lain dulu) dan cuba disegerakan oleh penjual " ( Al-Mughni , 4/78 ) Justeru, perbincangan panjang tentang 'Ghabn' sebenarnya menunjukkan terdapat jenis 'Ghabn' yang disepakati haramnya oleh ulama, ada yang disepakati halalnya, dan terdapat yang diperbezakan pandangan. Justeru apabila saya sebut 'ghabn' sebagai salah satu sebab boleh jadikan MLM haram, maka ini kerana berkemungkinan jenis yang disepakati haram itu berlaku. Justeru, semasa menulis artikel anda perlu faham target saya.

 Adakah anda yakin semua jenis 'Ghabn' yang berlaku dalam MLM itu tergolong dari golongan yang harus ?. Jika ye, maka itu pandangan anda , bukan saya. Saya lebih selesa berpandangan ia banyak jenis 'Ghabn' yang berlaku lebih menjurus kepada haram terutamanya apabila hampir semua syarikat-syarikat MLM ini amat mengambil mudah akan hal hukum agama. Jika tidak, pastinya mereka telah mengambil Penasihat Shariah sejak dari awal.


 2) Belian Peribadi target sebagai syarat komisyen : Selain dari yuran yang wajib dibayar oleh ahli, pada kebiasaannya terdapat syarat yang mewajibkan ahli tersebut mencapai target belian tertentu bagi melayakkannya mendapat apa jua komsiyen dari hasil jualan orang di bawahnya. Apabila ia gagal mencapai ‘harga target' tersebut maka keahliannya akan hilang atau tiada sebarang komisyen untuknya walaupun orang bawahannya menjual dengan begitu banyak. Semua MLM yang terlibat dengan syarat seperti ini, menyebabkan sistem MLM mereka menjadi bermasalah dari sudut Shariah kerana wujudnya unsur kezaliman terhadap ahli selain wujudnya kewajiban jualan bersyarat dengan syarat yang tidak menyebelahi ahli serta berbentuk penindasan.

Seolah-olah pihak syarikat memaksanya dengan mengatakan "Anda mesti membeli atau mengekalkan penjualan peribadi sebanyak RM 500 sebulan bagi membolehkan anda mendapat hak komisyen orang bawahan anda". Pada asasnya, komisyen yang diambil atas usaha menjual (seperti ‘brokerage fee') sesuatu barangan adalah adalah harus menurut Shariah, ia adalah pandangan ulama besar Tabi'en seperti Muhammad Ibn Sirin, ‘Ato' Bin Abi Rabah, Ibrahim an-Nakha'ie dan ramai lagi (Sohih Al-Bukhari ; Al-Musannaf, 5/242 ; Mawahibul Jalil, 4/452 ).

 Bagaimanapun, komisyen dalam hal MLM dan system piramdi ini boleh bertukar menjadi syubhah apabila

 :- * Diikat komisyen jualan rangkaiannya dengan sesuatu jualan olehnya, ia menimbulkan masalah dari sudut Shariah seperti unsur pemaksaan, syarat yang tidak sah dalam perwakilan dan perjudian. namun begitu, ia mungkin diHARUSKAN jika terdapat penasihat Shariah yang membetulkannya selaras dengan aqad Ju'alah. namun begitu, majoriti syarikat MLM tidak mempunyai pensaihat Syariah untuk membetulkannya, menyebabkan ia kekal di dalam syubhah.

 * Komisyen datang dari orang bawahan yang langsung tidak dikenalinya kerana sudah terlampau jauh ke bawah. Ini menjadikan orang atasan seolah-olah mendapat untung di atas angin tanpa sebarang kerja dan usaha lagi. Ia juga boleh dikelaskan sebagai broker di atas broker di atas briker di atas broker dan seterusnya. Dalam hal berbilangnya rantaian komsiyen broker ini, menurut perbincangan saya bersama Syeikh Prof. Dr Abd Sattar Abu Ghuddah (Pakar Shariah utama dalam bidang kewangan Islam dunia di Kesatuan Ulama Fiqh Sedunia, AAOIFI, Dow Jones Islamic Index dan lain-lain) ia termasuk dalam konteks memakan harta orang lain dengan bathil selain terdapat unsur judi.

Ini adalah kerana ia seolah-olah meletakkan syarat kepada semua orang bawahan samada dengan pengetahuan mereka atau tidak, semua hasil jualan mereka akan diambil sebahagian keuntungannya untuk orang atasnya. Walaupun demikian, jika komsiyen datang dari pihak syarikat atas dasar yang betul seperti jualah dan hibah, ia boleh jadi diharuskan. Namun sekali lagi rukun dan syarat aqad yang betul mesti dipantau oleh penaasihat Syariah yang berkelayakan.

 * Dari sudut yang lain, terdapat juga keraguan dalam isu pemberian komisyen di atas usaha dan tugas agen (wakil penjual) atau "brokerage" (tukang kempen). Ini kerana sepatutnya komisyen ke atas "brokerage" tidak harus mensyaratkan tukang kempen itu untuk membeli untuk diri sendiri sebagaimana yang berlaku dalam beberapa jenis MLM. Sesetengahnya pula mensyaratkan ‘broker' atau ‘agen' untuk menjual sendiri sebanyak sekian jumlah bagi memperolehi komisyen jualan broker (ahli) di bawahnya. Dengan sebab-sebab ini, hal ‘broker' atau ‘agen' menjadi syubhah dan tidak lagi benar ianya disifatkan sebagai komisyen wakil atau broker yang diterima Islam.


 3) Jika ahli berdaftar menyertai MLM dengan yuran tertentu, tetapi tiada sebarang produk untuk diniagakan, perniagaannya hanyalah dengan mencari orang bawahanya (downline), setiap kali ia mendapat ahli baru, maka diberikan beberapa peratus dari yuran ahi tersebut kepadanya. Semakin banyak anggota baru bermakna semakin banyak jualah bonusnya. Ini adalah bentuk riba kerana memperdagangkan sejumlah wang untuk mendapat sejumlah lebih banyak yang lain di masa hadapan. Ia merupakan satu bentuk Riba Nasiah dan Riba Al-Fadl. Hal yang sama juga hukumnya bagi perusahaan MLM yang tidak mempunyai produk bersungguh dan berkualiti, sebaliknya produk miliknya hanyalah berupa ruangan laman web yang tidak berfaedah buat kebanyakkan orang, atau apa jua produk yang hanya dijadikan sebagai alasan pembelian. Malah harga sebenar produknya juga adakalanya jauh dari harga yang dijual kepada ahli (sebagai contoh dijual produk web komputer, sedangkan haragnya jauh lebih tinggi dan si ahli pula tidak mempunyai komputer pun). Pada hakikatnya, si ahli bukannya ingin membeli produk itu, tetapi untuk menyertai rangkaian serta memperolehi wang darinya. Ia juga termasuk dalam yang diharamkan. Hal membeli produk tidak benar dengan niat utama memasuki rangkaian dan mendapat untung dari rangkaian ini telah difatwakan haram oleh Majlis Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah Arab Saudi no 15/192-193.


 4) Terdapat juga syarikat MLM yang melakukan manipulasi dalam menjual produknya, atau memaksa pembeli untuk menggunakan produknya atau yang dijual adalah barang haram. Maka MLM tersebut jelas keharamannya. Namun tidak semua MLM begini, cuma sebahagianya sahaja.


 5) Terdapat juga unsur mirip "shafqatayn fi shafqah", atau bay'atayn fi bay'ah, (iaitu dua aqad jenis jual beli dalam satu) yang dilarang oleh Baginda SAW dengan pelbagai lafaz antaranya : " نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن صفقتين في صفقة واحدة Ertinya : "Rasulullah SAW melarang dari membuat dua belian (aqad) dalam satu aqad" ( Riwayat Ahmad, Al-Bazzar ; Al-Haithami : perawi Ahmad adalah thiqah ; 4/84 )

 Ini berlaku apabila ada sebahagian syarikat MLM yang membuka pendaftaran ahlinya, setiap ahli perlu membayar sejumlah wang disebut yuran, tidak dapat dipastikan samada yuran tersebut untuk membeli kedudukan di dalam rangkaian ataupun membeli produk. Pada waktu yang sama, dengan termeterainya keahliannya itu, ia akan menjadi wakil pula bagi syarikat untuk merekrut ahli baru, maka tindakan MLM seperti ini, boleh dikatakan termasuk dalam kategori hadis : shafqatayn fi shafqah, atau bay'atayn fi bay'ah. Ini kerana, dalam hal ini, orang tersebut telah dikira melakukan transaksi aqad Mu'awadat (kontrak pertukaran hak kewangan) bila membeli produk atau menjadi ahli dan dalam masa yang sama masuk dalam satu jenis aqad lagi iaitu perwakilan (untuk menjualkan produk itu kelak di samping mencari ahli baru) dengan komisyen tertentu. Maka, praktis seperti ini jelas tergolong sebagaimana hadith di atas.

 Ingin saya tekankan juga, hal berkaitan komisyen jualan orang di level keseratus akan diperolehi juga oleh upline di tingkat kedua, padahal mereka tiada sebarang kaitan aqad yang jelas, dan hanya kerana rantaian orang dibawahnya maka ia mendapat untung?. Apa yang diletakkan untuk mendapat untung?.

Sedangkan dalam contoh sebuah syarikat besar, seorang pemegang saham sememang layak dapat untung walaupun goyang kaki kerana ia meletakkan 'modal', sebagaimana yang diketahui , keuntungan boleh didapati dari tiga sebab iaitu 1) Modal 2) Kerja 3) Jaminan 'Dhoman' barangan dari sebarang aib pada barang yang dijual. Lalu si pemegang modal berhak mendapat untung kerana ia letak modal, si pekerja layak mendapat untung kerana ia bekerja .. jadi apa hak si upline kedua untuk dapat untung jualan si downline ke seratus? Tiada modal, tiada kerja, tiada jaminan atau dhoman barangan yang dijual, kerna jaminan barangan yang dijual adalah dari syarikat, bukan upline!.


 Apa Maksud Sebenar Dua Aqad Dalam Satu ?


 Shafqatain di Safqah dan lafaz yang seertinya denganya memang tidak dinafikan mempunyai banyak takrif dan tafsiran menurut kefahaman ulama yang berbeza. Manakala sesiapa yang hanya mendedahkan hanya beberapa kerat dari pandangan tersebut dan kemudian terus memegangnya. Tapi perlu diingat disana terdapat pelabagi tafsiran yang lain pula, dan saya memegang tafsiran yang lain. Maka itu tidak bererti tafsiran pegangan saya adalah salah, dan tafsiran pegangan anda mesti betul. Jika demikian perangainya, maka ini jelas tidak faham konsep ikhtilaf dalam nas. Sebagai hadiah untuk awam dan pembaca yang mampu faham ini beberapa tafsiran tentang hadith dua aqad dalam satu mengikut beberapa kumpulan ulama silam dan kaitannya dengan MLM:

- • 1) iaitu contoh berkata penjual kepada pembeli : " Aku jual kepadamu baju ini dengan harga RM 10 tunai , atau RM 20 secara tangguh" , maka si pembeli bersetuju TANPA mengspecifickan plan tangguh atau tunai yang dikehendakinya. Ini bentuk yang ditafsirkan oleh Imam Malik, Abu Hanifah, At-Thawri, Ishak Rahawaih, Imam As-Syafie ( Syarh as-Sunah, Al-Baghawi, 8/142 ; ‘Aridathul Ahwazi, 5/240 ; Al-Mughni, Ibn Quddamah, 6/333; Al-Mudawwanah, 9/191 ). Tiada khilaf di kalangan ahli ilmu, jenis ini adalah HARAM. Bagaimanapun tafsiran ini tidak berapa berkaitan dengan MLM, kerana biasnaya plan harga akan dipilih dengan tepat.

 • 2) Iaitu contohnya pembeli : "jualkan kepadaku barangan ini dengan harga RM 10 tunai atau dengan sebuah radio pada tarikh akan datang", kemudian kedua-dua bersetuju tanpa memberikan yang mana satu mereka inginkan. Ini adalah tafsiran Imam Malik pula ( ‘Aridathul Ahwazi, 5/240 ) . Ini juga tiada kaitan dengan MLM.

 • 3) Iaitu contohnya berkata seorang lelaki : "Aku jual kebunku ini dengan harga RM 10,000 dengan syarat kamu jualkan rumah kamu pula dengan harga RM 15,000" . Inilah juga tafsiran ulama mazhab Hanafi, Hanbali dan Syafie. ( Al-Mughni , 6/332 ; Al-Um, 3/67 ; ‘Aridatul Ahwazi, 5/239 ) Inilah tafsiran yang saya lihat ada kaitannya dengan kebanyakkan MLM. Iaitu berkata syarikat MLM kepada seorang ahli baru sebagai contoh : "aku jual barang water filter ini dengan harga RM 2000 dengan syarat engkau jadi wakil jualanku dengan komisyen sebanyak 3 % dari harga jualanmu dan aku beri mandate kamu untuk jadi lantik ahli baru dan setiap jualannya kamu akan dapat 1 % dengan syarat kamu ada jualan sendiri sebanyak RM 1000 setiap bulan" Lihat, dalam contoh saya tu ada berapa jenis aqad muawadah maliah yang bersifat lazim? a- Jual barang RM 2000 - Aqad jual beli yang bersifat lazim b- Lantik jadi wakil dengan upah (Wakalah bil Ujr) - aqad wakalah yang bersifat lazim. c- Beri mandate untuk cari ahli - ini tiada masalah d- Setiap ahli yang kamu lantik jual kamu layak dapat 1% - Ini ju'alah, juga kelihatan tiada masalah. e- Kamu hanya layak dapat 1 % ju'alah tadi dengan syarat kamu ada jualan sendiri RM 1000 - Ini ada syubhat sikit syarat seperti ini. Perlu perbincangan dan ijtihad. Cuma, secara umum kita dapat melihat bergabungnya dua aqad mu'awadat maliah (pertukaran hak milik harta) yang bersifat Lazim. Jika aqad itu ghayru Lazim maka ia diharuskan, tetapi dalam hal ini dua aqad itu adalah "aqad lazim"

 • 4) Iaitu seorang penjual menjual dua barangan berlainan harga iaitu kasut dengan harga RM 100 dan handphone dengan harga RM 700, tetapi ia membuatnya terikat, iaitu jika anda beli handphone, maka pembelian kasut juga menjadi wajib. Inilah takrif yang dipegang oleh Al-Qadhi Ibn Al-Arabi al-Maliki ( Al-Qabas Syarah Al-Muwatta', 2/842 ; Al-Muntaqa , 5/36) . Ini juga mempunyai sedikit kaitan dengan MLM kerana meletakkan syarat satu aqad lain sebagai syarat untuk sesuatu aqad itu boleh ‘concluded'.

 • 5) Iaitu contohnya : Berkata penjual : " Aku jual handphone ini dengan RM 100 dengan bayaran ansuran dalam 3 bulan, dengan syarat aku akan belinya semual darimu dengan harga RM 80 tunai" . Ini adalah tafsiran Ibn Taymiah dan Ibn Qayyim pula. Ia adalah sama dengan takrif Bai Inah. ( Mukhtasar Al-Fatawa Lib Ibn taymiah, hlm 327 ; Tahzib Mukhtasar Sunan Abi Daud, Ibn Qayyim, 5/100 ) Tafsiran ini agak kurang kaitannya dengan MLM. Demikianlah beberapa takrifan dan tafsiran ulama tentang hadith dua aqad dalam satu.


Sebenarnya ada terdapat 3 lagi tafsiran, Cuma cukuplah sebagai info tambahan kepada pembaca. Oleh kerana beberapa yang dilakukan dalam MLM ada terdapat dalam salah satu tafsirannya, maka saya masukkan point dua aqad di dalam satu sebagai isu yang boleh menjadikan MLM samada haram atau batal atau syubhat. Pun begitu, point ini boleh diealakkan jika aqad tersebut boleh dipisahkan dan berdiri dengan sendirinya. Pemantauan penasihat Syariah diperlukan bagi memastikan hal ini mampu dibuat.


 Keputusan Majma Fiqh Sedunia ?


Kesatuan Fiqh Sedunia (Majma' Fiqh Islami) pernah mengeluarkan fatwa ke atas satu bentuk perniagaan MLM jenama PT Biznas yang disifatkan sebagai haram kerana ia adalah salah satu bentuk perjudian. Selain itu, keputusan itu juga menafikan bahawa komisyen yang digunakan adalah komisyen atau upah ‘brokerage' sebagaimana didakwa. (Rujuk keputusan nombor 3/24, 17 Julai 2003).

 Selain itu, Syeikh Salim Al-Hilali pernah mengeluarkan fatwa pengharaman dengan katanya : "Banyak pertanyaan berkenaan perniagaan yang diminati ramai. Yang secara umum gambarannya adalah mengikuti kaedah piramid dalam sistem pemasarannya, dengan cara setiap anggota harus mencari ahli-ahli baru dan demikian selanjutnya. Setiap anggota membayar yuran pada syarikat dengan jumlah tertentu dengan angan-angan mendapat bonus, semakin banyak anggota dan memasarkan produknya maka akan semakin banyak bonus yang dijanjikan. Sebenarnya kebanyakan anggota MLM yang menyertai cara ini adalah hasil motivasi bonus yang dijanjikan tersebut dengan harapan agar cepat kaya dalam waktu yang sesingkat mungkin, padahal ia langsung tidak menginginkan produknya.

Perniagaan jenis ini adalah perjudian murni, kerana beberapa sebab berikut, iaitu:

 Ø Sebenarnya anggota MLM ini tidak mahukan produknya, akan tetapi tujuan utama mereka adalah menyertai rangkaian piramid bagi mendapatkan kekayaan cepat apabila setiap ahli baru membayar yuran.

Ø Harga produk yang dibeli sebenarnya tidak sampai 30% dari wang yang dibayarkan pada syarikat MLM.

Ø Tujuan perusahaan adalah membangun jaringan individu secara berkesinambungan. Yang mana ini akan menguntungkan anggota yang berada pada level atas (Upline) sedangkan level bawah (downline) selalu memberikan nilai point pada yang berada dilevel atas mereka. Justeru, saya kira, amat tipis untuk mencari MLM yang tidak tergolong dalam item-item salah yang saya sebutkan di atas, malah saya juga suka menyarankan agar pengamal-pengamal jualan amanah saham dan Takaful secara wakil untuk lebih berhati-hati agar tidak terjerumus dalam bab MLM. Bagaimanapun, jika anda masih ingin mendakwa halalnya MLM ini, saya sarankan agar pengamal MLM memastikan asas minima Shariah berikut dapat dipatuhi :-

 1. Produk MLM ini mestilah dibeli dengan tujuan yang sebenarnya (seperti produk yang benar-benar bermanfaat dan dibangunkan dengan serius seperti ubat-ubatan berkualiti, unik dan lainnya). Justeru, produk MLM yang kabur kualiti dan kegunaannya tidaklah dibenarkan kerana ia hanyalah bertujuan untuk mengabui dalam undang-undang dan hukum Shariah, ia tiadalah halal di sisi Shariah. Justeru, kekuatan MLM itu ialah kepada produknya yang bermutu dan bukan kepada objektif jangka pendek mengumpul dana (modal).

 2. Produknya bukan emas dan perak yang boleh dijual beli secara tangguh. Ini kerana penjualan barangan emas secara tangguh adalah Riba jenis Nasiah.

 3. Komisyen yang diberikan kepada ahli untuk setiap penjual dan ahli bawahannya mestilah jelas. Tiada komisyen tanpa usaha, ini bermakna orang atas hanya berhak mendapat komisyen dari ahli bawahan yang dibantunya sahaja.

 4. Keuntungan dan komisyen bukan berdasarkan ‘kepala' atau ahli yang ditaja, tetapi adalah berdasarkan nilai produk yang berjaya di jualnya. Ini diperlukan bagi membuktikan ia menumpukan kepada perniagaan penjualan produk dan perkhidmatan dan bukannya permainan wang (money game).

 5. Tidak diwajibkan bagi si ahli membuat belian sendiri dalam jumlah tertentu bagi memperolehi komsiyen dari orang bawahannya. Ini kerana dibimbangi ia mirip paksaan belian. Namun jika syarikat meletakkan syarat JUALAN MINIMA untuk memperolehi komisyen kumpulan dan sebagainya, ia mungkin dibenarkan dengan syarat ia dibuat atas asas ju'alah. Untuk itu, syarat dan rukun jua'alah mestilah dipastikan sempurna.
 
6. Setiap ‘upline' atau orang di sebelah atas mestilah menaruh usaha atas jualan orang bawahannya, seperti mengadakan perjumpaan taklimat, motivasi dan teknik berkempen secara terancang seperti sebuah syarikat yang pelbagai ahlinya. Ia perlu bagi melayakkannya menerima komisyen itu dari sudut Shariah, jika tidak adalah dibimbangi ia akan terjerumus kepada keraguan ‘syubhah'. Ini kerana konsep niaga dalam Islam tidak membenarkan suatu keuntungan dari sesuatu perniagaan yang diperolehi tanpa usaha. Justeru, sedikit usaha perlu dicurahkan bagi menjadi sebab haknya ke atas komisyen. Perlu diingat, kebanyakan ahli di kaki yang 10 ke bawah, mungkin tidak mengenalinya lantaran ia dilantik oleh orang bawahannya yang kesembilan. Jika tidak, apakah haknya untuk mendapat komisyen yang demikian berangkai dan begitu jauh ?.

 7. Tidak menggunakan skim piramid iaitu skim siapa masuk dulu akan untung selamanya.Manakala hak mereka yang masuk kemudian akan berkurangan. Justeru, plan pemasaran mestilah memberikan hak kepada semua, malah orang bawahan mampu mendapat keuntungan lebih dari orang atasannya, apabila ia mampu menjual dengan lebih hebat.

8. Mempersembahkan system komisyen dan bonus yang telus dan boleh difahami dan dipantau oleh ahli dengan jelas. Ia bagi mengelakkan segala jenis penipuan.

 9. Menstruktur plan pemasaran di anatara ahli dan orang bawahannya secara musyarakahiaitu perkonsgian untung dan rugi berdasarkan modal masing-masing dengan nisbah pembahagian keuntungan yang ditetapkan di peringkat awal lagi.

 Mana MLM alternatif?? "Kalau ustaz pandai sangat, kenapa tak tuliskan sahaja macam mana MLM yang menepati Shariah tu, biar orang boleh guna" Demikian tempelak seorang pemuda tanpa kesabaran melalui sebuah web.

 Jawapan saya(Ust Hj Zaharuddin Hj Abd Rahman) seperti berikut :-


 Pertama : Memang ramai 'suruh', 'arah' dan minta saya sebutkan macam mana MLM yang harus serta realistik. Inilah masalah orang ramai, tidak berfikir mendalam sebelum meminta. Kita kena faham, tak semua yang perniagaan diasakan ikut cara yang menepati Shariah itu menarik pada pandangan mata orang ramai dan boleh laku untuk dijual di Malaysia, dan tak semua pula plan dan skim atau produk yang sangat boleh dijual dan menarik itu menepati hukum Shariah. Jadinya bagi menghasilkan satu plan hebat yang menepati Shariah dan boleh jual, perbincangan dua pihak antara Ilmuan Shariah & bisnesman amat perlu dalam hal ini. Mana mungkin sebuah plan pemasaran MLM terbaik dapat dicadangkan hanya dengan mengemukakan permintaan mudah begitu sahaja kepada saya, ini kerana mungkin saya mempunyai penyelesaian dari sudut teori Shariahnya. '

Teori ini pula sebahagiannya bersifat fleksible dan tidak sebahagian yang lain, kerana itu perbincangan diperlukan dengan pihak pakar pemasaran demi memastikan samada ia 'viable' untuk diperkenalkan atau tidak. Kerana saya bukanlah pakar dalam bab pemasaran.


Kedua : Saya juga bukanlah seorang jutawan yang membolehkan saya memperkenalkan plan bisnes MLM contoh yang hebat dan menepati Shariah. Mudahnya, selagi tiada bisnesman Muslim yang punyai perhatian kuat tentang halal haram dan berkesudian berbincang dengan orang Shariah, selagi tu tidak akan didapati plan dan skim MLM alternatif yang menepati Shariah. Untuk maklumat, proses inilah yang amat kerap kami (ilmuan Shariah sedunia, saya dan rakan-rakan ustaz di semua institusi kewangan Islam seluruh dunia) ; iaitu kami duduk berjam-jam dengan pakar pemasaran, peguam untuk mencipta produk kewangan Islam yang halal serta dalam masa yang sama aqad-aqadnya juga halal dan boleh diaplikasikan di sisi undang-undang Malaysia.

Kesimpulan saya, jika hanya ada satu pihak sahaja yang bersungguh, ia pasti akan menjadi hasrat yang terbengkalai juga. Akhirnya, saya tahu bahawa hukum MLM ini masih terbuka untuk perbincangan, malah Syeikh Dr Abd Sattar Abu Ghuddah ketika perbincangan dengan beliau mengakui ini isu yang agak baru baginya. Benar, amat sukar ditemui tulisan para ulama Islam dari Timur Tengah berkenaan hal MLM ini, disebabkan MLM belum masuk ke pasaran negara Arab dengan meluas. Justeru, menjadi tanggungjawab para ilmuan Shariah Asia Tenggara untuk membantu masyarakat untuk mengetahui pandangan Shariah tentang MLM ini. Tulisan ringkas saya hanyalah pandangan awal bagi memberi peringatan bahawa dengan sekadar pandangan, kelihatan begitu banyak keraguan boleh muncul dalam perniagaan MLM ini.

Tidak perlulah pembaca merasa marah dan benci dengan tulisan ini. Ini sekadar nasihat bagi mereka yang mengambil berat tentang pendapatan serta memikirkan barzakh dan akhirat mereka yang kekal abadi. Wallahu ‘alam. Kuala Lumpur, Malaysia (14 Zulhijjah 1427 H = 4 Januari 2007) Oleh : Ust Hj Zaharuddin Hj Abd Rahman


Siapakah Ust Hj Zaharuddin Hj Abd Rahman ?


Beliau, lulusan B.A.(Hons) Usuluddin, dan M.A. Shari`ah, Universiti Yarmouk, Jordan. Kini sebagai pensyarah di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia; di samping Penasihat syariah di C&S Consulting & Investment (Islamic) Bank Bhd., Standard Chartered (sadiq) Bank (M) Bhd. Pernah di lantik sebagai Penasihat Syariah di RHB Islamic Bank dan Asian Finance Bank Bhd.


 “Sumber. Majalah Solusi.


Kesulitan? keep easy..


PASTINYA ADA KEMUDAHAN PADA SETIAP KESULITAN


ALLAH telah menciptakan dunia untuk menguji manusia. Sebagai hamba yang sentiasa menerima ujian, kadang-kala DIA menguji manusia dengan kesenangan dan ada masanya dengan kesukaran. Individu yang tidak menilai setiap peristiwa dengan cahaya Al-Quran, gagal menanggapi hikmah di sebalik kejadian lalu lekas kecewa dan lemah pengharapan. Walau bagaimanapun, ALLAH tetap mendedahkan rahsia paling penting di dalam Al-Quran, di mana hanya hamba yang beriman dan bertaqwa sahaja yang mampu melihat. 


Rahsia yang dimaksudkan adalah seperti berikut:

“Kerana sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(Surah al-Insyirah: 5-6)

Seperti mana yang ALLAH telah jelaskan pada ayat-ayat tersebut, walau apapun kesukaran yang dihadapi atau bagaimana ia diatasi, ALLAH menyediakan jalan keluar dan memberikan berita gembira buat hamba-hambaNYA yang beriman. Sesungguhnya, setiap hambaNYA akan dapat menyaksikan bahawa ALLAH sentiasa mengurniakan kemudahan pada kesulitan yang dialami selagi mana hambaNYA itu kekal sabar. Dalam firmanNYA yang lain, ALLAH memberikan khabar gembira berupa petunjuk dan rahmat buat para hamba yang sentiasa takut dan mengharap padaNYA.

“...Barangsiapa yang bertaqwa kepada ALLAH nescaya DIA akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada ALLAH nescaya ALLAH akan mencukupkan (keperluannya).” (Surah a-Talaq: 2-3)

ALLAH tidak akan membebankan seseorang melebihi kadar kemampuannya.

ALLAH Yang Maha Pemurah, Pengasih lagi Maha Adil menyediakan jalan keluar pada setiap kesukaran dan menguji manusia dalam lingkungan kemampuan mereka. Cara pengabadian seorang hamba kepada ALLAH, kepayahan yang diberi untuk menguji manusia, tanggungjawab yang perlu dipikul oleh seseorang, semuanya adalah pada kadar kemampuan individu itu. Inilah berita gembira buat manusia yang bertaqwa dan ia dijelmakan pada sifatNYA Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

 ALLAH menyatakan rahsia ini di dalam firmanNYA:

“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil walaupun dia adalah kerabatmu, dan penuhilah janji ALLAH. Yang demikian itu diperintahkan ALLAH kepadamu agar kamu ingat.” (Surah al-An’aam: 152)

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal soleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya.” (Surah al-A’raf: 42)


“Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.” (Surah al-Mukminun: 62)



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...